Agar fungsi masker untuk menghindari kuman masuk ke hidung dan mulut efektif, hendaknya masker yang digunakan juga perlu diperhatikan.
Bila masker kain yang digunakan berisi minimal 3 lapis, jangan masker scuba yang hanya berisi satu lapis kain.
Untuk memastikan, juga bisa diselipkan lapisan lagi di bagian masker tersebut.
Selain itu, bila ingin seharian menggunakan masker, sebaiknya bawa masker cadangan untuk ganti di tengah hari.
Sehingga kotoran yang menempel tidak terlalu banyak. Setelah tidak digunakan, masker dicuci dengan bersih dan disetrika untuk menghilangkan kotoran kuman, virus yang menempel di masker tersebut.
Pada kulit sensitif di mana penggunaan masker kain membuat kulit bermasalah, sebaiknya ganti masker kain dengan masker sekali pakai atau masker bedah yang biasa digunakan tenaga medis.
Pada masker bedah tersebut, memang dirancang lebih lembut di bagian dalam (warna putih), sementara bagian luar (bagian berwarna bisa hijau, biru, pink) ada lapisan semacam waterproof yang membuat kotoran tidak menempel. Masker ini lebih aman digunakan pada kulit yang sensitif.
Pada kesempatan itu, dokter Sonia juga menampik penggunaan minyak kayu putih bisa mencegah infeksi Covid-19.
“Itu hoax, kalau memang buat hangat-hangat, atau segar bisa dioles tapi kalau mencegah Covid-19 hoax. Sama juga kalung anti virus dari kayu putih. Kalau sudah bener, negara lain juga pakai . Tapi Malaysia, Vietnam, Taiwan nggak pakai minyak kayu putih karena memang belum dibuktikan bisa membasmi virus corona. Yang bisa cuma alcohol makanya digunakan sebagai handsanitizer,” katanya.
Dokter Sonia meminta agar masyarakat jangan bosan dan lelah menggunakan masker.
Bahkan kelak ketika sudah ada vaksin. Pasalnya ketika vaksin sudah ditemukan pun dan sudah mendapat vaksinasi, perlu waktu untuk efektif pada tubuh, setidaknya tiga bulan.
Sehingga penggunaan masker jadi protokol kesehatan yang harus dilakukan selain mencuci tangan dan menjaga jarak, selama pandemi Covid-19 masih berlangsung. (lis)