Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada masa pandemi ini, ada banyak sekali peluang yang bisa dilakukan untuk mulai berbisnis sederhana.
Dengan menjual produk ke target pasar yang tepat, kita bisa saja mendapat pendapatan yang besar.
Contoh produk yang sedang digemari saat ini adalah tie-dye fashion.
Motif tie-dye yang khas didapatkan dari metode pewarnaan yang melibatkan teknik melipat, memutar, melipit dan meremas kain, yang kemudian diikat menggunakan tali atau karet gelang, sehingga tercipta perpaduan warna dan bentuk mencuri perhatian.
Sempat menjadi tren mode terbesar pada era 1990-an, motif tie-dye hadir kembali sejak mewarnai koleksi berbagai rumah mode mewah pada beberapa musim terakhir, seperti Dior, Gucci dan Balenciaga.
Sejumlah selebriti papan atas Indonesia hingga Hollywood pun terlihat memakainya.
Tren ini semakin naik daun di kalangan masyarakat luas berkat label lokal maupun perajin UMKM yang ikut mengadaptasi corak tersebut di produk mereka.
Minat tinggi masyarakat Indonesia terhadap tie-dye juga ditunjukkan dari hasil pencarian di Google yang meningkat pesat selama beberapa bulan terakhir.
Berdasarkan data Google Trends, tie-dye banyak dicari terutama di wilayah Bali, Yogyakarta, Jawa Tengah, Lampung dan Banten.
Memanfaatkan tren ini, menjual busana serta aksesoris bermotif tie-dye menjadi salah satu bisnis rumahan dengan prospek menggiurkan.
Proses pembuatannya terbilang mudah dan bisa turut membantu melestarikan lingkungan, karena dapat memanfaatkan pakaian atau sarung bantal yang sudah tidak terpakai lagi dan di-upcycle menjadi seperti baru dengan corak tie-dye yang sedang hype.
Seorang dyer sekaligus pemilik label Kusuma, Diah Kusumawardani, menjadi contoh nyata yang mendapat penghasilan lebih setelah pandemi terjadi.
Berawal dari hobi, kini ia bisa mendapatkan keuntungan Rp 3 juta - Rp5 juta per bulan dengan berjualan berbagai produk tie-dye.