Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Orangtua memiliki kewajiban untuk menjaga anak dari paparan hal negatif, baik itu lingkungan sekitar maupun konten digital yang kini 'ramah' dalam genggaman setiap orang, termasuk remaja.
Lalu, pola asuh seperti apa yang bisa diterapkan orang tua pada anak usia remaja agar bijak menggunakan internet ?
CEO label musik Sorai, Intan Gurnita Widiatie mengatakan bahwa saat di rumah, ia selalu menerapkan diskusi terbuka dengan anak-anaknya.
Ia berusaha menjadi ibu yang tidak bertindak keras dan memaksakan kehendaknya (strict parents).
Baca juga: Pemerintah Siapkan Afirmasi Pendidikan Tinggi untuk Perangkat Desa
Baca juga: Hari Internet Aman Sedunia, TikTok Hadirkan Fitur Toolkit Keamanan Keluarga
"Di rumah itu, saya menormalisasi diskusi, jadi saya betul-betul terbuka pada anak- anak. Mereka mau mendiskusikan apapun (boleh), tanpa saya memberi penghakiman pada anak-anak," ujar Intan, dalam peluncuran 'Toolkit Keamanan Keluarga TikTok' secara virtual, Rabu (10/2/2021).
Menurutnya, metode persuasif tersebut ia lakukan untuk mengendalikan anaknya.
Karena jika orang tua bertindak keras kepada anak, hal itu tidak hanya melukai perasaan anak namun juga dianggap sebagai cara yang buruk dalam memberikan bimbingan.
"Jadi saya memakai itu untuk mengontrol sebetulnya, saya sendiri tidak mengontrol secara strict ya, 'ini boleh, ini nggak boleh'," jelas Intan.
Intan kemudian menjelaskan bahwa terkadang anaknya membuat konten digital yang dianggap kurang baik.
"Kadang-kadang ada beberapa momen yang kayak mereka seperti layaknya anak muda ya, mereka coba&coba umpamanya membuat konten sedemikian rupa," kata Intan.
Namun yang ia lakukan adalah tidak langsung menegur, melainkan menunggu momen yang tepat untuk bisa bicara dengan anaknya.
Karena saat situasi sudah tenang, kata dia, biasanya anak akan lebih terbuka dan bisa menerima apa yang disampaikan orang tua tanpa adanya keterpaksaan dan tekanan.
"Saya tidak bereaksi sefrontal itu biasanya, biasanya saya akan mencari momen yang pas, di mana anak saya dan saya bisa berdiskusi. Atau saya berupaya untuk (menanyakan saat) mereka nyaman, untuk melihat 'alasannya apa sih kok bikin konten seperti ini?'," tegas Intan.