Hingga seorang warga desa bernama Gao memiliki ide untuk membuat beberapa kue sederhana.
Kue tersebut dibuat dari tepung ketan dan gula yang dicampur.
Warga itu meletakkan kuenya di dekat pintu masuk untuk diberikan kepada Nian.
Sejak saat itu penduduk desa giat membuat kue keranjang setiap musim dingin supaya Nian tidak memburu dan memangsa mereka.
Selanjutnya, juga untuk mengingat jasa Gao yang sudah berhasil mencegah Nian.
Makna kue keranjang
Dalam keluarga Tionghoa, kue keranjang diyakini sebagai hidangan yang membawa keberuntungan.
Namun, dalam konteks kebersamaan keluarga, sifat kue yang bulat, manis dan lengket itu juga memiliki makna.
Kue keranjang yang bulat dimaknai sebagai keluarga yang bersatu, bersekutu, dan rukun.
Rasanya yang manis mempunyai makna seseorang harus berperilaku dan bertutu kata manis supaya dapat saling menguatkan.
Tekstur dari kue keranjang yang lengket memiliki arti mengupayakan atau berusaha sekeras mungkin agar keluarga tidak terpisahkan.
Dilansir Kompas.com, pendiri Kue Keranjang Hoki oleh Kim Hin Djohari mengatakan bahwa kue keranjang merupakan simbol kekeluargaan dan persahabatan.
Dengan mengonsumsinya, berarti orang tersebut turut mengamini filosofi di balik kue keranjang yang sudah dipercaya sejak lama.
Jika digunakan untuk sembahyang, kue kerang memiliki makna berbeda, yakni pengingat kepada leluhur.