TRIBUNNEWS.COM - Tercatat 6000 guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) siap mengedukasi keluarga dalam upaya menciptakan Jakarta sehat, sejahtera dan Bahagia.
Hal itu disampaikan Ketua Umum PP HIMPAUDI Prof. Dr. Ir. Netty Herawati M.Si, pada webinar Edukasi Gizi yang diselenggarakan HIMPAUDI bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) di Jakarta, Rabu (19/5/2021).
Menurut Prof Netty, banyak potensi besar yang bisa dilakukan oleh guru-guru PAUD untuk mewujudkan Jakarta, Cerdas, Sehat dan Bahagia.
"Guru PAUD ini mendidik anak-anak generasi bangsa, mereka juga bisa menjadi pionir perubahan bangsa," ujar Netty.
Netty Herawati menyampaikan saat ini literasi gizi tidak diberikan secara baik oleh para guru dan kalah saing dengan iklan-iklan produk makanan dan minuman di media TV.
Baca juga: Australia Tak Wajibkan Masker, Epidemiolog Sebut Buah Manis dari Strategi Sains
Akibatnya anak-anak mengalami berbagai gangguan gizi dan kesehatan, karena keluarga tidak terbiasa menerapkan kemampuan bagaimana memilih makanan, mengetahui harus dan tidak boleh diminum, serta bagaimana menjaga kesehatan tubuhnya.
"Banyak sekali yang mengira telah mengkonsumsi makanan sehat, padahal tidak sehat. Misalnya, banyak orang merasa susu kental manis itu juga susu, sama seperti susu yang lain. Padahal tidak," ujar Prof Netty.
Ir. Suharti, M.A, Ph.D, Plt. Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi DKI Jakarta yang hadir mewakili Gubrnur DKI Jakarta mengatakan, bahwa literasi gizi sangat penting.
"Tidak hanya guru saja yang memberikan literasi kepada anak didiknya, tetapi juga kepada para orang tua juga perlu. Karena faktanya memang orang tuanya lah yang menyiapkan konsumsi anak-anak nya.
Gizi menempatkan pada tumbuh kembang anak yang luar biasa. Kalau konsumsi gizinya tidak baik maka pertumbuhan anak, termasuk," kata Ir. Suharti.
Baca juga: 4 Cara Menghilangkan Komedo secara Alami, Bisa Pakai Lidah Buaya hingga Kayu Manis
Dr. dr. Nur Aisiyah Widjaja SpA (k) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, mengatakan tumbuh kembang anak sejak lahir sampai usia 2 tahun sangat pesat.
"Di usia itu, anak memerlukan pemberian makanan yang mengandung zat gizi mikro (protein, lemak, karbohidrat) dan makro (vitamin dan mineral) untuk mencapai tumbuh kembang optimal.
Kalau kita memberikan nutrisi yang salah maka itu akan berdampak pada gangguan pertumbuhan," jelas Nur Aisiyah.
Ketua Harian YAICI Arif Hidayat menambahkan pengenalan literasi gizi yang masih rendah di masyarakat selama ini, telah menyebabkan hampir 100 tahun Indonesia direcoki oleh informasi yang salah atau iklan yang salah terutama mengenai asupan gizi seperti susu kental manis.
"Jadi, kebanyakan selama ini literasi gizi banyak simpangsiur atau salah persepsi, yang menganggap susu kental manis itu sebagai minuman bernutrisi. Padahal faktanya tidak lebih adalah mengandung gula yang cukup tinggi yang tidak lain hanyalah sirup beraroma susu," katanya.
Karenanya, dia berharap orang tua nantinya dapat memberikan asupan gizi kepada balita atau anak-anak mereka, yang sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh pemerintah ataupun peraturan yang ada di Indonesia.
"Jadi, harus sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak, tidak boleh banyak gula," ujarnya.