News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hasil Penelitian, Nikotin Bukan Pemicu Gingivitis

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi rokok elektrik.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengguna produk Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL) memiliki respon ketahanan tubuh yang lebih baik dibanding perokok ketika terjadi serangan bakteri pada rongga mulut, khususnya bagian gusi.

Respon tersebut berupa terjadinya peradangan dalam bentuk perdarahan atau pembengkakan pada gusi.

Hal ini dibuktikan lewat sebuah penelitian berjudul “Respon Gingiva Pada Pengguna Vape Saat Mengalami Gingivitis (Gingival Response in Vapers During Eksperimental Gingivitis)” yang dilakukan oleh akademisi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Amaliya dan Agus Susanto, serta Jimmy Gunawan.

"Saya ingin lihat, kalau yang menggunakan vape bagaimana? Jadi kami melakukan penelitian terhadap tiga kelompok," ujar Amaliya saat dihubungi wartawan, Jumat (2/7/2021).

Penelitian ini melibatkan 15 responden berusia 18 - 25 tahun yang terdiri atas lima perempuan dan 10 laki-laki.

Baca juga: Prevalensi Perokok Tinggi, Negara-negara Asia Diminta Manfaatkan Produk Tembakau Alternatif

Responden dibagi ke dalam tiga kelompok berbeda dengan distribusi gender yang tidak merata.

Ketiga kelompok tersebut yakni perokok dengan masa konsumsi rokok minimal satu tahun, pengguna vape eksklusif (bukan konsumen dualisme vape dan rokok) yang telah menggunakan vape atau beralih ke vape dengan kandungan nikotin selama minimal satu tahun, dan non-pengguna produk tembakau apapun.

Ilustrasi (IST)

Sebelum penelitian dimulai, seluruh responden melalui proses pembersihan plak secara menyeluruh terlebih dahulu.

Baca juga: Sereh, Lavender, hingga Minyak Kayu Manis, Bisa Jadi Pengusir Nyamuk Alami

Kemudian, para responden diminta untuk menggunakan stent akrilik di bagian rahang bawah selama 21 hari masa penelitian.

Hal ini bertujuan agar bagian tersebut tidak ikut tersikat pada saat responden menyikat gigi dan akumulasi bakteri bisa terjadi.

Di akhir masa eksperimen, para responden non-perokok dan bukan pengguna vape mengalami reaksi berupa peradangan pada gusi yang tidak disikat selama 21 hari.

Hal tersebut, menurut Amaliya merupakan bentuk pertahanan tubuh normal.

Sementara itu, para responden yang merokok tidak mengalami peradangan walaupun terdapat kuman yang menempel pada gigi berupa plak.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini