Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama Pandemi Covid-19, ruang gerak anak terbatas. Semua kegiatan harus dilakukan dari rumah. Dimulai dari belajar hingga bermain.
Di sisi lain, kegiatan sosial anak pun turut terkekang, sehingga interaksi anak dengan kawan sebaya terhambat. Lalu kemampuan bersosialisasi pun berkurang.
Tentunya, hal ini dapat memengaruhi kondisi dari kesehatan mental anak.
Selama 1,5 tahun, anak cenderung mengalami pola kepribadian. Anak, cenderung lebih introvert dan sedih. Selain itu, selama pandemi masih ditemukan keluarga belum fit dalam proses adaptasi.
Sehingga terjadinya sebuah miss harmonisasi dalam keluarga. Akibatnya pertengkaran keluarga tidak terelakkan.
Baca juga: Psikolog: Orang Tua Perlu Membangun Motivasi Belajar Anak di Tengah Pandemi
Didukung pula ketidakseimbangan ekonomi karena terdampar pandemi. Hal ini pula yang menyebabkan anak bisa mengalami kesehatan mental.
Hal ini diungkapkan oleh psikolog Irma Gustiana Andriani S.Psi, M.Psi.,Psi.
Oleh karena itu ia mengharapkan jika selama masa pandemi diharapkan keluarga di rumah ada jalinan lebih akrab antar anggota keluarga.
Karenanya perlu peran kedua orangtua sebagai pendamping dan pendengar yang baik. Orangtua juga harus menjadi pemberi informasi yang baik dan menghargai waktu serta privasi anak.
"Selain itu, menyakinkan anak jika orangtua selalu ada untuk anak. Memberikan ruang dan gerak pada teman tentunya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan," ungkapnya pada seminar Hari Anak Nasional yang diadakan Fraksi PKS DPR RI, Rabu (14/7/2021).
Tidak hanya itu, menurut Irma penting untuk mendengarkan pendapat dengan mengajak anak diskusi.
Ini, kata Irma dapat membangkitkan kepercayaan diri dan mendukung anak menjadi inspirasi dan panutan.