Gejala burn out syndrome
Menurut Choi Myung Gi, gejala-gejala yang timbul saat seseorang mengalami burn out syndrome seperti berikut ini.
Saat hendak melakukan sesuatu, langsung terbayang kondisi terburuk yang akan terjadi. Hal ini disebut “sinisterisasi”.
Lalu, dalam kondisi putus asa, kita akan berpendapat bahwa pasti ada alasannya sehingga tidak dapat melakukan apa pun. Ini disebut “rasionalisasi”.
Pada saat yang sama, kita juga akan menyebut diri kita “bodoh”, “dungu”, dan “bawa sial”. Ini disebut “penamaan diri”.
Saat proses pemikiran tersebut terjadi di kepala kita, lambat laun kita akan merasa terasing dan akhirnya membuat kita kehilangan rasa percaya diri.
Lalu muncullah depresi yang membuat kita tidak bisa bekerja karena merasa kesal.
Perilaku inilah yang akan dilihat oleh orang-orang di sekitar kita sebagai bentuk kemalasan. Padahal, menurut Choi Myung Gi, kondisi ini justru jauh lebih berbahaya daripada kemalasan, dan sangat membutuhkan perawatan.
Burn out sebagai akar penyebab kemalasan
Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa yang membuat malas tidak selalu karena kita pemalas atau suka bermalas-malasan.
Bisa jadi rasa malas itu timbul karena kita mengalami depresi akibat burn out syndrome, yang disebabkan terlalu memforsir diri untuk menyelesaikan pekerjaan/tugas.
Choi Myung Gi juga menjelaskan bahwa ternyata ada banyak akar permasalahan yang menyebabkan seseorang menjadi malas, di antaranya karena rasa cemas, kehilangan hasrat, kemarahan, terlalu sensitif, kesepian, merasa tidak puas, kurangnya motivasi, dan banyak lagi.
Oleh karena itu, jika ingin menghilangkan/mengatasi kemalasan, kita harus tahu terlebih dahulu akar permasalahan dari rasa malas kita.
Bagaimana caranya? Nah, kamu bisa mencari tahu detailnya lewat Buku Antimalas dan Suka Menunda karya Choi Myung Gi.
Di dalam buku ini tidak hanya menjelaskan tentang kemalasan, tetapi juga terdapat kiat dan solusi untuk mengatasinya.
Yuk cari buku Gramedia di Gramedia.com.
(Mursyidah – Editor Penerbit BIP)