Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus pandemi Covid-19 yang melandai menjadi indikator pemerintah untuk mulai membuka pembelajaran tatap muka (PTM).
PTM masih dilakukan secara terbatas di sejumlah daerah. Syaratnya, daerah yang masuk kategori Level 3-1 Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Menyikapi hal ini, Psikolog anak dan remaja, Novita Tandry mengatakan jika selama PTM, tetap harus melihat kondisi psikologis anak.
Tentu pada saat sebelum pandemi, situasi terhitung normal. Begitu Covid-19 muncul, maka ada kebiasaan baru yang harus dilakukan.
Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka, Psikolog Sarankan Orangtua Berikan Persiapan Mental pada Anak
Baca juga: Sekolah Daring Munculkan Dampak Psikologi yang Tidak Baik Bagi Anak-Anak
Begitu pula pada sektor pendidikan. Menerima perubahan yang cukup besar bukanlah hal yang mudah. Namun Novita mengungkapkan jika mau tidak mau, hal ini harus dilakukan.
"Mau tidak mau berdamai. Hampir dua tahun belum ada tanda pergi. Mau gak mau, berdamai agar tidak muncul ketakutan yang tidak berlebihan," ungkapnya pada acara Jurnal Obrolan Bunda Bijak di Radio Sonora FM, Sabtu (18/9/2021).
Baca juga: Pendidikan Masa Pandemi Harus Utamakan Kesehatan dan Psikologis Anak
Di sisi lain, Novita menyebutkan jika PTM, saat ini masih memakai kurikulum darurat. Belum kurikulum 2013 yang biasanya digunakan sekolah pada situasi sebelum pandemi.
Ia pun menyarankan pada setiap guru dan tenaga pendidik untuk lebih bijak. Harus ada kerjasama untuk tidak membabi buta dalan memberikan pelajaran.
"Semua pelajaran yang ketinggalan, jangan kejar tayang. Biarkan anak anak kembali dulu dengan kebiasaan baru lagi. Dimulai dari regulasi diri untuk diperbaiki," katanya lagi.
Biarkan anak kembali memulai kebiasaan baru seperti bangun pagi, mandi dan bersiap pergi ke sekolah. Pelan-pelan anak dibiasakan dengan habbit baru tersebut.