September Kelabu di Polandia, Impian Lebensraum bagi Kaum Jerman
Tak sedikit orang yang mengingat September sebagai bulan yang kelam.
Bagaimana tidak, Perang Dunia II—yang merupakan salah satu pertempuran paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia—bermula di bulan September (1 September 1939), pun berakhir di bulan yang sama, enam tahun kemudian (2 September 1945). Kendati melibatkan banyak negara di dunia dan terdiri dari berbagai serangan dan pertempuran, perang ini bermula dari September kelabu di Polandia.
Saat itu, Jerman telah dikuasai oleh Partai Nazi, dipimpin oleh Adolf Hitler yang menginginkan pemerintahan nan fasis di sana.
Hitler lantas menginisiasi invasi Jerman ke Polandia yang memicu reaksi dari negara lainnya.
Benar saja, dua hari kemudian, Britania dan Prancis pun menyatakan perang terhadap Jerman. Jerman tentu tak tinggal diam. Lewat serangkaian perjanjian dan kampanye, mereka membentuk aliansi yang disebut sebagai Poros bersama Italia.
Tujuannya ialah untuk menguasai atau menaklukkan sebagian besar benua Eropa.
Ambisi Jerman ini tak terlepas dari kebijakan ekspansionis yang diusung Hitler untuk memperkuat hegemoni Jerman Nazi yang absolut di Eropa. Lewat kebijakan tersebut, Hitler berupaya menciptakan Lebensraum ‘ruang hidup’ bagi kaum Jerman.
Kebijakan tersebut sebetulnya tak lebih dari pemikiran rasis Hitler yang meyakini bahwa bangsa Jerman adalah bangsa yang unggul dan superior.
Jejak Jerman Nazi di Nusantara
Pada Perang Dunia II, Hindia Belanda—yang kini disebut sebagai Indonesia—ternyata pernah menjadi tempat perlindungan U-boat, kapal selam Jerman yang digunakan untuk bertempur melawan kapal sekutu.
Basis U-boat yang berada di Jakarta memiliki stasiun radio yang memadai untuk dapat berhubungan dengan Markas Besar Armada Jerman di Tokyo.
Saat itu, Indonesia memang masih berada di bawah kekuasaan kolonial Jepang. Jepang sendiri termasuk dalam aliansi Poros, bersama dengan Jerman dan Italia.
Barangkali tak banyak yang tahu bahwa secara keseluruhan, 17 U-boat pernah beroperasi dari Jakarta dan Surabaya selama Perang Dunia II. Menjelang kekalahan Jerman Nazi, salah satu U-boat, U-183, berlayar pada suatu malam, dengan alasan hendak berpatroli di lepas pantai Filipina.
Namun, kapal selam tersebut akhirnya ditenggelamkan oleh kapal selam USS Besugo milik angkatan laut Amerika Serikat di Selat Sunda. Ya, sangat jelas bahwa Jerman sudah di ambang kekalahan.
Hitler pun mengakhiri hidupnya pada 30 April 1945. Jerman—melalui kata sandi “Lübeck” yang dikirimkan atase angkatan laut Jerman kepada semua U-boat di Asia—akhirnya menyatakan bahwa mereka telah menghentikan permusuhan.