News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Disertai Nilai dan Maknanya

Penulis: Devi Rahma Syafira
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Maulid Nabi Muhammad SAW

TRIBUNNEWS.COM - Berikut sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW serta nilai dan maknanya.

Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal pada kalender Hijriyah.

Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab artinya hari lahir.

Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Dikutip dari marabahan.go.id peringatan Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil (wilayah Irak sekarang) yang bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri pada awal abad ke 7 Hijriyah.

Baca juga: Daftar Libur Nasional Terbaru: Selain Libur Tahun Baru Islam, Libur Maulid Nabi juga Digeser

Baca juga: Kalender 2021: Hari Libur Tahun Baru Islam Jadi 11 Agustus, Libur Maulid Nabi 20 Oktober

Ibn Katsir dalam kitab Tarikh berkata:

"Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal, dia merayakannya secara besar-besaran, dan dia adalah seorang yang berani, pahlawan, alim, dan seorang yang adil, semoga Allah merahmatinya."

Dijelaskan oleh Sibth Ibn Al-Jauzi dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin ilmu.

Baik ulama dalam bidang ilmu Fiqh, Ulama Hadist, Ulama dalam bidang ilmu kalam, ulama usul, para ahli tasawuf, dan lainnya.

sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, ia telah melakukan berbagai persiapan.

Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan tamu yang akan hadir dalam perayaan Maulid Nabi.

Syekh Ali Jaber bersama Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal dan Syekh Adel Al-Kalbani menyerahkan Alquran Braille digital untuk para tunanetra di Banda Aceh pada acara peringatan maulid Nabi Besar Muhamammad SAW di Balai Kota Banda Aceh, Kamis, 26 Februari 2017. (Dokumen Humas Pemko Banda Aceh)

Para ulama menyetujui apa yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut.

Mereka menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya.

Pada kitab Wafayat, Ibn Khallikan menceritakan jika Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah datang dari Maroko menuju Syam dan seterusnya ke Irak.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini