Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud.
Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama.
Ringkasnya, tata cara shalat gerhana sama seperti shalat biasa dan bacaannya pun sama, urutannya sebagai berikut.
- Berniat di dalam hati;
- Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa;
- Membaca do’a iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih). Hal tersebut sesuai dalam hadits yang diriwayatkan Siti Aisyah: “Nabi Saw. menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika salat gerhana.”(HR. ukhari no. 1065 dan Muslim no. 901);
- Ruku’ sambil memanjangkannya;
- Bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan “Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd”;
- Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama;
- Ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya;
- Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal);
- Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali;
- Bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya;
- Tasyahud;
- Salam;
- Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jemaah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdoa, beristighfar, bersedekah.
Setelah shalat, imam membaca dua kali khotbah seperti khotbah pada shalat Jumat.
Baca juga: CARA Melihat Gerhana Bulan Sebagian 19 November 2021
Baca juga: Apa Itu Gerhana Bulan? Simak Juga Penjelasan Mengenai Jenis-jenis Gerhana Bulan
Contoh Naskah Khutbah Shalat Gerhana
Berikut teks khutbah shalat Gerhana seperti disusun oleh Drs. H. Ahmad Yani, Sekretaris Dewan Syura IKADI periode 2016-2021.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى اَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الاِيْمَانِ وَاْلاِسْلاَمِ وَهِيَ اَعْظَمُ النِّعَمِ. اَشْهَدُ اَنَّ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَاِركْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ . اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Sebagai muslim, kita tidak melewatkan begitu saja waktu, kesempatan dan berbagai kejadian, kecuali ada hikmah yang harus kita peroleh.
Karena itu, setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini harus kita ambil hikmah atau pelajarannya untuk kehidupan kita, salah satunya peristiwa terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan.
Kita bersyukur, Allah swt memberikan kesempatan kepada kita sekali lagi untuk merasakan suasana peristiwa gerhana matahari pada saat ini.
Dari sekian banyak, paling tidak ada dua hikmah penting untuk kita bahas pada kesempatan yang singkat ini.
Pertama, meluruskan keyakinan yang salah dan menguatkan aqidah yang benar.
Sebagaimana kita ketahui, dahulu Rasulullah saw amat berduka atas wafatnya putera beliau yang bernama Ibrahim.