Ketika novel itu bertransformasi menjadi film, sebetulnya cukup sulit karena di tangan amatiran bisa terjebak pada percakapan yang membosankan.
Namun, justru di tangah Kenneth Branagh yang memang basisnya teater, novel yang sulit divisualisasikan itu justru menjadi begitu memesona dalam bahasa gambar.
Mulai dari aspek sinematografi seperti tata cahaya, tata suara, musik, tata kamera, kostum, seting betul-betul membuat betah untuk terus menyimak rangkaian misteri.
Kennet Branagh memang bukan sutradara sembarangan. Rekam jejaknya dalam menyutradari karya-karya sastrawan Shakespreare seperti Hamlet, Henry V, Othello, dan novel lain seperti Harry Potter, Thor, menjadikan dirinya dikenal penggarap naskah-naskah yang sulit.
Pemeran dalam “Death on The Nile” bukan sekadar nama yang sudah terkenal, tapi memang juga piawai dalam akting. Aktris Emma Mackey yang memerankan Jacqueline De Bellefort, Gal Gadot sebagai Linnet Ridgeway, dua perempuan cantik yang bersaing mendapat cinta dari Simon Doyle yang diperankan Armie Hammer benar-benar menghidupkan cerita.
Suasana pun terbangun berkat pernak-pernik seperti pistol, jaket warna hijau, mantel, kalung dan tentu musik serta editing yang gesit.
Jadi apa sebetulnya motivasi pembunuhan tersdebut yang menelan korban tiga nyawa itu? Dan siapakah dua orang yang bunuh diri itu? Siapa pelaku pembunuhan?
Tentu saja, Anda akan lebih tertantang dan tertarik untuk menonton langsung filmnya. (cecep burdansyah)