Hari itu tepat pukul 10:00 pagi, penjualan tiket premier film berjudul Nana (Before, Now & Then) akan dimulai. Tidak mudah untuk mendapatkan tiket tersebut.
Benar saja, sebelum genap pukul 11:00 pagi waktu setempat, keterangan di laman resmi Berlinale menunjukkan bahwa tiket telah sold out.
Habis sama sekali. Ini berarti tiket untuk pertunjukkan premier pada Sabtu (12/02) di Berlinale Palast itu terjual habis dalam waktu kurang dari satu jam.
Film Nana memang tidak biasa. Dialog film yang antara lain dibintangi Happy Salma, Laura Basuki, Ibnu Jamil ini nyaris keseluruhannya dituturkan dalam bahasa Sunda.
Di Berlinale ke-72 ini, film Nana berlaga di kategori Competition. Saingannya adalah film-film lain dari berbagai negara antara lain Prancis, Amerika Serikat, Jerman, Italia, dan Korea Selatan.
Mengutip rilis Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Berlin, kategori ini digadang sebagai kategori utama dan paling bergengsi dari Berlinale, pemenangnya berkesempatan membawa pulang hadiah Golden Bear sebagai film terbaik.
Antusiasme publik dalam menonton film terbaru karya sutradara Kamila Andini ini terbilang tinggi. Berdasarkan pantauan DW Indonesia selama penayangan premier pada Sabtu (12/02), penonton dari berbagai latar belakang bangsa dan budaya ikut larut dalam jalan cerita sepanjang 103 menit itu.
Berbincang dengan DW Indonesia selepas pemutaran premier film itu, Happy Salma mengatakan bahwa antusiasme penonton terhadap film tersebut adalah, "Kejutan manis di awal tahun. Ini memberikan semangat luar biasa."
"Melihat antusiasme penonton di Berlin, terasa kita bukan anak bawang, tetapi kita semua satu level yang sama. Artinya bahwa film dari Indonesia, dari Asia, juga diapresiasi dengan baik dan dianggap sama baiknya dengan film dari mana pun," ujar Happy Salma kepada DW Indonesia.
Baca juga: Kerusakan Jalan Akibat Truk ODOL, Pengusaha: Pemerintah Jangan Lembek
Bangga
Selain itu, Happy Salma menyatakan kebanggaannya dapat membawa bahasa Sunda ke festival film internasional di Berlin.
"Bangga sekali berbahasa Sunda ada di Berlin. Ini jadi sejarah juga, pertama kali ada film berbahasa Sunda," kata Happy Salma.
Salah seorang penonton pada malam premier , mahasiswa asal Surabaya bernama Dimas yang tengah menempuh pendidikan di Kota Leipzig dan rela datang ke Berlin mengatakan, film Nana sangat luar biasa.
"Bagus banget. Menurutku yang paling berkesan itu estetiknya, vibe dari (tahun) 1960-nya dapet banget," ujar Dimas kepada DW Indonesia.