Tidak bisa kita bayangkan kegembiraan orang tua yang telah mendambakan anak selama bertahun-tahun.
Nabi Ibrahim yang sangat mencintai Ismail, harus merelakannya untuk menunaikan perintah dari Allah, untuk menguji hatinya.
Cinta Nabi Ibrahim kepada Allah jauh lebih besar dan jauh lebih di atas segalanya daripada cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan materi keduniaan lainnya.
Baca juga: Berita Foto : Melihat Persiapan Hewan Kurban Jelang Idul Adha di Berbagai Negara
Oleh karena itu, Nabi Ibrahim a.s, dalam dialognya seperti yang dilukiskan dalam bahasa yang sangat indah dan menyejukkan di dalam al-Qur'an surat Ash-Shafaat: 102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: "Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Dalam detik-detik yang mengharukan itu, ketika Ismail sudah dibaringkan untuk dilakukan penyembelihan, Allah menggantinya dengan seekor kibar besar yang dibawa oleh malaikat Jibril.
Penyembelihan qurban merupakan suatu tindakan penundukan dan penguasaan kecenderungan hewani dalam diri manusia itu sendiri yang dalam bahasa agama disebut al-nafsu alammârah dan al-nafsu al-lawwamah, yaitu keinginan rendah yang selalu mendorong atau menarik manusia ke arah kekejian dan kejahatan.
Qurban disyariatkan guna mengingatkan manusia bahwa jalan menuju kebahagiaan membutuhkan pengorbanan.
Yang dikorbankan bukan manusia, bukan pula kemanusiaan, namun yang dikorbankan adalah binatang, yang sempurna tanpa cacat, sebagai indikasi agar sifat-sifat kebinatangan dalam diri harus dibuang jauh-jauh.
Hadirin hadirat rahimakumullah, Demikianlah khotbah Idul Adha, semoga ada manfaatnya bagi kita bersama. Untuk mengakhiri khotbah kita pada kesempatan ini, marilah kita bersama-sama memusatkan ingatan kita kepada Allah seraya mengangkat tangan dan memohon do'a ke hadirat-Nya.
Baca juga: Niat Puasa Arafah Sebelum Idul Adha, Berikut Keutamaan Menjalankannya
2. Khutbah 2: Sikap Rela Berkurban sebagai Bukti Cinta Sejati
Berikut ini contoh khutbah Idul Adha yang dibawakan oleh Al Fitri, S.Ag., S.H., M.H.I., Wakil Ketua Pengadilan Agama Tanggamus Kelas IB, dikutip dari Badilag Mahkamah Agung.
Jama’ah Idul Adha yang berbahagia.