Laporan wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini muncul sebuah kebiasaan menggunakan baju-baju lama yang masih tampak baik. Walau pun bekas, ternyata setelah dipadupadankan bisa tampak lebih baik dan fashionable.
Sejalan dengan hal ini, muncul sebuah tren yang tengah menjadi pembicaraan, yaitu Citayam Fashion Week.
Fenomena "Citayam Fashion Week" di kawasan Jalan Sudirman, DKI Jakarta, terus menarik perhatian warga.
Berawal dari muda-mudi yang mayoritas berasal dari daerah penyangga Jakarta seperti Depok, serta Citayam dan Bojong Gede, Kabupaten Bogor.
Muda-mudi ini mengisi kawasan bisnis SCBD dengan didominasi gaya busana nyentik dan dominasi warna monokrom.
Baca juga: Ahmad Sahroni Sebut Baim Wong Kurang Kerjaan Klaim Citayam Fashion Week
Banyak yang mengatakan jika tren ini mengarah kepada sustainable fashion karena sebagian memadupadankan pakaian lama. Atau, berburu pakaian bekas yang dijual di toko.
Terkait hal ini, desainer fashion Ali Charisma pun memberikan pendapatnya.
Penggunaan baju bekas bisa dilakukan dengan dua jenis pembelian. Pertama disebut dengan thrift Shops.
Thrift merupakan kegiatan membeli barang yang lebih murah karena barang tersebut sudah pernah digunakan. Dan Shops adalah tempat penjualan barang-barang bekas ini.
Lalu yang kedua adalah preloved, baju bekas yang dijual secara personal. Biasanya, kondisi barang yang dijual masih bagus karena hanya sekali atau beberapa kali pakai saja.
Menurut Ali, kebanyakan outfit yang digunakan saat ini didapat dari thrift shops.
Biasanya, thrift shops berasal baju-baju bekas yang berasal dari luar negeri. Menurut Ali, penggunaan thrift shops tidak langsung memberikan dampak pada pengurangan lingkungan.
"Tidak begitu mengurangi jika baju yang diambil berasal dari luar atau impor. misalnya pembelian baju bekas diambil dari luar negeri," ungkapnya pada Tribunnews, Senin (25/7/2022).
Baca juga: 4 Potret Atlet Indonesia yang Cocok Ikutan Citayam Fashion Week, Modis Abis!