Para pendeta akan mengorbankan seekor kambing, untuk kesuburan, dan seekor anjing, untuk penyucian.
Mereka kemudian akan mengupas kulit kambing menjadi potongan-potongan, mencelupkannya ke dalam darah korban dan turun ke jalan, dengan lembut menampar wanita dan ladang dengan kulit kambing.
Jauh dari rasa takut, wanita Romawi menyambut sentuhan kulit karena diyakini membuat mereka lebih subur di tahun mendatang.
Di kemudian hari, menurut legenda, semua wanita muda di kota itu akan memasukkan nama mereka ke dalam guci besar.
Bujangan kota masing-masing akan memilih nama dan dipasangkan untuk tahun itu dengan wanita pilihannya.
Demikian sejumlah versi mengenai sejarah Hari Valentine.
(Tribunnews/Daryono)