TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perancang busana pertama yang melukis bebas di atas kain, Agnes Linggar Budhisurya menerima penghargaan dari Museum Rekor- Dunia Indonesia (MURI).
Rekor MURI tersebut diberikan di Balairung Kemenparekraf RI, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa, 30 Mei 2023.
Penghargaan diberikan langsung oleh Mentri Sandiaga Uno, Ayla Jaya Suprana dan Jaya Suprana. Penghargaan ini diberikan oleh MURI sebagai trendsetter di dunia fashion designer.
Baca juga: Mengenal Hanae Mori, Perancang Busana Terkenal dari Jepang yang Meninggal di Usia 96 Tahun
”Menurut Muri, Ibu Agnes itu harus dan wajib hukumnya untuk dihargai sebagai pelopor fashion yang konsisten dengan melukis di atas bahan-bahan kain. Lukisan beliau sangat bagus sekali, bukan asal-asalan. Tapi betul-betul artistik. Beliau juga konsisten sejak muda sampai sekarang di usia sangat senior tetap tidak beralih dari fashion dengan bahan yang dilukis oleh beliau sendiri,” ujar Ayla Jaya Suprana, Direktur Utama MURI, sesaat setelah penganugerahan, dalam keterangannya, Rabu (31/5/2023).
Menurutnya, Agnes Budhisurya menjadi inspiras banyak seniman muda lainnya yang juga tergerak untuk membuat karya yang bahannya dilukis oleh mereka sendiri.
“Jadi ibu agnes ini menginsirasi banyak seniman-seniman lukis dan fashion lainnya,” tambah Ayla.
Agnes bersyukur dengan anugerah yang diterimanya. Menurut Agnes, penghargaan MURI ini sebagai bentuk pengakuan atas karya yang sudah dilakukannya selama lebih dari 50 tahun.
“Karya yang diterima oleh masyarakat, dan pengakuan seperti ini tentu menjadi kebanggan tersendiri. Dan saya bangga nama saya tercatat sebagai salah satu penerima anugerah dari MURI,” ujar Agnes.
Turut mendampingi Agnes, sang suami, Teddy Budhisurya, beserta anak-anaknya.
Tahun 2023 ini menjadi saksi perjalanan Agnes Budhisurya selama berkarya di bidang kreatif merancang busana.
Teknik lukis pada kain ini diaplikasikan pada karya-karya didesainnya supaya ada ciri khas yang melekat pada setiap karyanya.
“Melukis pada kain itu merupakan sentuhan pribadi yang tidak mudah untuk ditiru oleh perancang lain. Ini juga ciri khas yang unik pada setiap rancangan saya,” jelas Agnes.
Melukis bebas pada kain ini sudah diaplikasikan Agnes sejak muda.
Keahliannya ini menjadi spesialisasi langka, karena di samping keahlian membuat busana model klasik, ia membuat gaun dari kain yang ia lukis.
Pekerjaan yang rumit dan makan waktu panjang masih ditambah dengan pernak-pernik lain yang menjadikan tubuh pemakai gaun rancangannya tampil istimewa.
“Tugas fashion desainer itu membuat setiap perempuan tampil istimewa, bagaimana pun bentuk tubuh mereka. Biasanya kain-kain yang saya lukis, saya sempurnakan dengan menambah gradasi warna, sehingga muncul siluet tubuh bila dikenakan,” tambah Agnes.
Tahun ini usia Agnes genap 78 tahun. Tetapi setiap hari masih digunakan sebagai waktu produktif untuk berkarya di atas kain, menyelenggarakan fashion show ataupun menerima pesanan dari pelanggan-pelanggannya.
Melukis pada kain juga menjadi jembatan keakraban dengan cucu-cucunya. Cucu-cucunya pun seringkali datang untuk melihat Omanya melukis. Melukis kain dalam gaya realis menjadi kecintaan sejak ia remaja. Kini, goresan kuas tetap ia torehkan setiap saat tidak peduli ada atau tidak pesanan.
Mengenyam pendidikan di Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada Yogyakarta lalu pindah ke Teknik Arsitektur Universitas Indonesia, menjadi dasar Agnes mengenal komposisi dan dimensi.
Karya-karya Agnes sudah melanglang buana ke Amerika Serikat, Saudi Arabia dan berbagai negara Eropa juga Jepang. Melukis bebas pada kain, membuat setiap rancangan Agnes menghibur mata yang memandang.
Usia tak menjadi kendala bagi Agnes untuk eksis di ajang fashion show bergengsi di negeri ini, baik itu Indonesia Fashion Week, juga berbagai event internasional. Di ajang G 20 yang digelar secara akbar di Bali, Agnes mendapat mandat untuk mendandani ibu-ibu tamu negara dengan gaun dan karya tangannya.
Tentang Agnes Budhisurya
Agnes Budhisurya adalah perancang busana pertama yang melukis bebas pada kain/hand-painted designer. Karya nya selama kurang lebih 60 tahun banyak dipakai berbagai kalangan baik tingkat nasional maupun dunia.
Agnes memulai karyanya dari sejak remaja dengan membuat gaun untuk penampilan teman-teman sekolahnya di acara panggung sekolah.
Baca juga: Pendapatan Pelaku Industri Fesyen Lokal Tertekan Akibat Kalah Saing dengan Pakaian Bekas Impor
Agnes mulai melukis diatas kain semenjak Mahasiswa. Dalam perjalanannya melukis di atas kain, Agnes mengakui sempat menggunakan media yang salah yaitu dengan menggunakan cat minyak untuk kanvas sehingga hasilnya membuat bahan menjadi kaku dan lukisan menjadi mudah retak.
Namun hal tersebut tidak membuatnya gentar, semangat pantang menyerah membuatnya sampai pada titik, menemukan cat lukis diatas kain yang benar.
Karya-karyanya pernah tampil di beberapa ajang fashion bergengsi, antara lain Indonesian Night 2004 di Washington DC, Shanghai to Host Indonesia Festival 2017, The Masterpiece Show, Pacific Place 2011, Miss World Top Model Show 2013 di Bali, Fashion Tendance Hotel Mulia 2010, Indonesia Fashion Week 2018-2022, pendukung busana ibu-ibu tamu negara di acara Presidensi G20, dan lainnya.