"Jadi kalau aspek-aspek ini tidak terpenuhi, manusia secara alamiah akan mencari cara supaya kebutuhannya terpenuhi," papar lagi.
Namun bagi orang yang memiliki pengalaman hidup, dan secara genetis mampu mengelola kebutuhannya, ia tidak akan mengkambinghitamkan hal tersebut.
"Mungkin dia tidak akan melakukan perselingkuhan. Justru dia memperbaiki situasinya sendiri untuk kemudian bertahan dengan pernikahan," tegas Joice.
Namun, ada hal lain pula yang memengaruhi dari aspek individu yaitu unsur genetis di dalamnya.
Perselingkuhan terjadi karena memang orang tersebut mempunyai karakter manipulatif.
Manipulatif bisa dari kesetiaan, pergaulan, keuangan dan sebagainya.
"Umumnya kalau punya bawaan manipulasi, kecenderungannya ini akan terulang. Karena manipulasi ada unsur bawaan. Tidak hanya sekedar orang itu tidak mengerti, dan bukan karena kekhilafan," jelas Joice lagi.
2. Relasi
Perselingkuhan biasanya terjadi karena relasi yang tidak sehat antara suami dengan istri.
Misalnya, mereka acap terlibat pertengkaran.
Situasi tersebut membuat seseorang kemudian mencari orang lain yang dirasa bisa mengerti dan memahaminya.
3. Situasi
Situasi sebenarnya menurut Joice bukan penyebab, tapi bisa jadi pemicu.
"Misalnya long distance relationship (LDR). LDR tidak salah. Tapi ketika LDR dan ternyata itu menganggu kenyamanan (pada pasangan)," jelasnya.
Bisa saja ketidaknyamanan ini datang karena komunikasi berkomunikasi tidak lancar.
Bisa juga karena kebutuhan fisik tidak terpenuhi.
Dan mendorongnya mencari orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
"Padahal tidak kepengen cari orang lain. Tapi ada hal yang harus dipenuhi. Tiga faktor ini kemungkinan besar (pemicu munculnya perselingkuhan)," tutupnya.