Lima jahitan tersebut kenalkan lima motif di dalamnya yaitu Bahurekso, Agra Samodra, Akara Kundika, Kendalasari dan Bhumi Kendala Pura Sogan.
Mel Ahyar menjelaskan makna dari lima motif tersebut.
Bahurekso yang menceritakan kisah Tumenggung Bahurekso sebagai Bupati Kendal pertama dengan motif seperti wayang dan orang-orang.
Agra Samodra menampilkan keindahan alam Kendal dari pegunungan hingga lautan dituangkan dalam titik-titik dan garis batik.
Baca juga: Chacha Frederica-Dico Ganinduto Kenalkan Batik Khas Kendal Bareng Nagita Slavina, Berharap Mendunia
Akara Kundika menampilan gambar burung kendil dan burung hong dengan motif eksotis mewakili Kenda Plantera (taman yang dipadukan batik kaung).
Kendalasari terinspirasi dari kisah Sunan Katong yang terpesona keindahan pohon Kendal.
Terakhir, Bhumi Kandalapura Sogan, menggambarkan Kendal pada akhir era kerajaan Majapahit, dengan motif keris dan kendil disusun dalam pola melingkar.
Dilengkapi daun pohon Kendal serta ukiran dari peninggalan Majapahit.
Mel Ahyar juga memaparkan bahwa motif batik ini bertema Kendi karena kendi memiliki sejarah sendiri dari Bupati ke-9. Dulu, kendi ini merupakan pusaka dari besi.
Baca juga: Perkenalkan Batik, Ulos hingga Kain Songket, Gallery Seni Wastra Indonesia Hadir di Korsel
“Jadi Kendil itu pusaka dari Bupati ke 9 Kendal. Dulu besi namun sekarang kita ubah jadi emas harapannya Kendi emas ini lebih jaya dan makmur,” papar Mel Ahyar pada kesempatan yang sama.
Baju batik khas ini kini telah menjadi milik masyarakat Kendal sebagai simbol budaya yang tak ternilai.
Karenanya, Dico berharap batik ini nantinya bisa terus tetap dijaga hingga kepemimpinan selanjutnya.
"Siapapun bupati yang menjabat, diharapkan tetap menjaga dan merawat aset budaya ini dengan sebaik-baiknya, sebagai penghargaan bagi warga Kendal dan pelestarian warisan daerah," tutup Dico.