Pada setiap lukisannya, Yos tetap mempertahankan estika berupa garis, warna dan gaya.
Pada karya-karya yang dipamerkan di Galeri Nasional kali ini Yos menampilkan kebolehannya mengolah figurasi realis.
Fugirasi ini berakar pada tradisi realisme sosial ala Diego Rivera dan Taring Padi dengan simbolisme surealistik yang mengingatkan kita pada sapuan kuas para perupa Yogyakarta era 1980-an.
Dalam lukisan-lukisannya, komentar dan kritik sosial dihadirkan dalam bahasa simbolisme.
Baca juga: Vincent Van Gogh: The Immersive Experience, Pengalaman Menyusuri Karya Abadi Sang Pelukis
Permainan garis dan warna menjadi ciri khas sangat provokatif dari lukisan Yos. Ada warna hitam, merah, nuansa biru, aneka hijau, coklat, kuning, ungu, jingga, dan putih.
Warna-warna tersebut ditampilkan dengan daya visual yang kuat dan keras sifatnya, bersanding satu sama lain yang tampil sebagai komposisi yang tidak halus atau lembut, seperti ada ketegangan.
Ada tema sosial, politik, budaya, ekologi, kemanu- siaan, semacam komponen-komponen utama dalam kehidupan di negeri ini.
Tekuni Seni Lukis Sejak SMA di Bandung, Bertemu WS Rendra di Yogya
Yos Suprapto menekuni dunia seni sejak SMA ketika oleh orangtuanya dititipkan ke keluarga ibunya di Bandung dengan jadi pelukis potret di Bandung.
Kegemarannya melukis atas dorongan kakak dari nenek Yos yang seorang seniman musik dan pewayangan yang semasa hidupnya dekat sekali dengan Ir. Soekarno, Presiden RI yang saat itu menjadi tokoh pergerakan Indonesia di Kota Bandung.
Baca juga: Pelukis Kawakan Syahnagra Ismail Rayakan Lima Dekade Berkarya Lewat Pameran ‘Painting Out Loud’
Suatu hari Yos ditantang melukis dari potret diri sang kakak dari nenek Yos. Hasilnya memuaskan dan Yos dihadiahi cat minyak berikut kuas dan kanvas oleh sang kakek.
Objek lukisan potret pertamanya adalah istri Kolonel Pardjo, Direktur Hankam yang pernah menjadi Direktur Akademi Militer Magelang.
Yos mengaku saat itu dia mendapat bayaran cukup mahal dari jasanya ini. Uang tersebut Yos kirim ke ibunya si Surabaya untuk membiayai sekolah adik-adiknya.
Yos Suprapto lulus dari SMAN 6 Bandung dengan hasil memuaskan dengan prestasi akademik terbaik. Oleh pamannya Yos diharapkan melanjutkan pendidikan ke Jerman.
Uang untuk berangkat ke Jerman sudah diberikan sang paman untuk berangkat melanjutkan studi ke Jerman, tapi Yos malah pergi merantau ke Yogyakarta.