TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menilai pemilih di Indonesia hendaknya tidak terlena dengan ketokohan atau figur calon presiden (Capres) semata.
Menurutnya, yang terpenting bagi pemilih adalah mencerna gagasan dari calon pemimpin tersebut.
Dikatakannya, dalam proses berdemokrasi memilih orang berdasarkan figur sebagai calon pemimpin atau calon presiden seharusnya dilakukan terakhir oleh pemilih.
Dirinya menegaskan, gagasan dari seorang calon pemimpin adalah yang utama.
"Kita lebih mudah mencerna orang dibanding gagasan. Dalam demokrasi milih orang itu terakhir, yang pertama kita lihat dulu gagasannya. Di negara kita (perang gagasan) tidak ada. Kita dipaksa memilih orang," kata Fahri saat berdialog dengan Komika Mamat Alkatiri dalam kanal YouTube Mamat Keliling, seperti dikutip, Rabu (4/1/2023).
Fahri pun menyebut bahwa Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo merupakan simbol kemarahan dari kubu masing-masing.
Pemilihnya dalam menentukan pilihan, kata Fahri berdasarkan emosional semata.
“Kalau mau nyebut nama secara fair, Anies Baswedan adalah simbol dari kemarahan kanan, Ganjar simbol dari kemarahan kiri. Yang milih Ganjar itu emosional, yang milih Anies emosional. Yang milih Prabowo rada mendingan. Lebih rasional,” tuturnya.
Baca juga: Survei Indikator: Elektabilitas Ganjar sebagai Capres 2024 Ungguli Anies dan Prabowo
Fahri pun menjelaskan alasannya.
Ia mengatakan bahwa sejak Prabowo bergabung dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo, pendukungnya yang emosional bergeser ke Anies.
“Itu dia (Prabowo) masuk kan (ke kabinet Jokowi), yang marahnya (pemilihnya) pada keluar,” ujarnya.
Pemimpin Harus Punya Gagasan
Fahri Hamzah juga pernah mengutarakan kecemasannya bila banyak orang terlalu menyederhanakan pemimpin politik.
Terlebih saat ini Pemilu 2024 sudah semakin dekat.