TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak sedikit artis masuk parpol demi menjadi vote getter atau pendulang suara.
Diketahui negara memang tidak membatasi rakyatnya untuk berpartisipasi di dunia politik, termasuk para selebriti atau artis.
Para artis pun seolah dikejar-kejar setiap 5 tahunan, saat pesta demokrasi dihelat.
Baca juga: VIDEO Artis Masuk Parpol Hanya Vote Getter? Dedi Gumelar: Lihat Kapasitasnya, Bukan Latar Belakang
Mereka dipinang. Tak heran tak sedikit artis yang masuk parpol saat detik-detik menjelang smeua partai berebut simpati rakyat agar suara mereka terpatri dan memilih sang artis.
Namun, tidak sedikit masyarakat yang meragukan kinerja selebriti saat menjadi wakil rakyat.
Para artis yang konotasinya kerap disamakan dengan mereka yang berkecimpung sebagai pekerja seni pun meninggalkan keraguan publik, apa bisa mereka bekerja?
Benarkah para artis yang masuk parpol ini hanya sebagai alat untuk mendulang suara saat pemilu?
Baca juga: Sepakat Artis Masuk Parpol Sebagai Vote Getter, Okky Asokawati: Masing-masing Punya Fungsi
Berikut ulasan Tribunnews.com yang disarikan dari acara Tribun Network Series Mata Lokal Memilih bertajuk "Partai Politik Berebut Suara Selebritas: Membaca Konstelasi Politik Nasional Setahun Menjelang Pemilu 2024" di Menara Kompas Jakarta pada Selasa (14/2/2023).
Pengakuan Selebriti Soal Vote Getter
Nyatanya, sebagian artis memang mengakui bahwa keberadaan mereka memang sebagai vote getter.
Politikus Partai Gelora TB Dedi Miing Gumelar alias Miing Bagito mengatakan hampir setiap lima tahun sekali muncul polemik yang sama terkait hal tersebut.
"Kalau ada partai mengejar orang selebriti, realistis, mereka juga ingin mendapat suara. Dan boleh, tidak usah marah partai politik, ini juga bagian dari kegagalan lartai politik juga melahirkan kader yang bagus," kata Miing.
Baca juga: Artis Masuk Parpol Hanya Vote Getter? Dedi Miing Gumelar: Lihat Kapasitasnya, Bukan Latar Belakang
"Kalau tidak, ngapain juga mengejar artis-artis kayak begini. Udah begitu 'dinafikkan' seolah kita tidak punya kemampuan apa-apa," sambung dia.
Senada, mantan model dan politisi Partai NasDem Okky Asokawati tak menampik jika kehadiran selebriti di partai politik sangat dibutuhkan menjelang Pemilu.
Apalagi, kehadiran publik figur diharapkan bisa mendulang suara partai.
Okky Asokawati sepakat artis yang masuk ke partai politik menjadi vote getter.
Menurutnya, setiap orang yang berada di partai politik memiliki tugasnya masing-masing.
Termasuk artis yang diharapkan dapat mendulang suara atau meningkatkan popularitas partai politik.
Baca juga: Okky Asokawati Sebut Partai Memerlukan Publik Figur untuk Mendulang Suara Juga Bisa Bersuara
"Ketika saya masuk jadi politisi tahun 2009, saya dua periode menjadi anggota DPR, memang saat itu banyak teman-teman seperti yang dikatakan kang Miing bisa apa, sebagai vote getter saja, saya menyikapinya is okey sebagai vote getter gapapa," kata Okky Asokawati di diskusi Tribun Network Series Mata Lokal Memilih, Selasa (14/2/2023).
Aktris sekaligus anggota DPR RI Fraksi PKB, Arzeti Bilbina setuju apabila artis masuk partai politik sebagai vote getter.
Menurutnya, keterpilihan seseorang sebagai wakil rakyat ditentukan dari tiga hal.
"Saya setuju karena bagaimana pun keterpilihan seseorang dilihat dari tiga hal, satu dikenal, disukai baru kemudian dipilih," kata Arzeti Bilbina.
"Kalau kita bicara vote getter, publik figur kan dikenal, ketika dia dikenal otomatis dia disukai, tapi belum tentu ketika disukai dia akan dipilih," lanjutnya.
Wanita kelahiran 1973 ini mengatakan, adanya artis di parpol dapat mendulang suara karena keterkenalannya.
Ditambah artis yang terpilih memiliki kualitas atau etos kerja yang baik, tentu akan bermanfaat bagi suatu parpol dan kepentingan masyarakat.
"Karena yang dibutuhkan sebuah partai politik itu ketika memilih seorang publik figur karena keterkenalannya itu, dan kemudian mendulang suara yang banyak," ungkap Arzeti.
Dipandang Sebelah Mata, Ini Trik Para Artis Menepis Keraguan Publik
Karena anggapan vote getter, para artis tak juga membantah jika keberadaan mereka bahkan kadang dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
"Artis jadi wakil rakyat di DPR, memangnya bisa apa?"
Padangan setengah nyinyir ini diakui kerapkali didegar para artis, khususnya mereka yang biasa berkecimpung di bidang seni, entah itu aktris, pennyanyi maupun model.
Dedi Miing Gumlear misalnya mengatakan ia pun pernah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan terkait pandangan sebelah mata tersebut.
"Realistis Partai butuh suara, tapi jug dengan catatan. Bukan hanya karena dia populer, dikenal, lalu mengeruk sebagai vote getter, tapi dia juga menguasai substansi," kata Miing.
Menurutnya proses yang dijalani para selebriti khususnya seniman sebelum memutuskan masuk ke partai mana bukanhlah yang instan.
Para selebriti, kata dia, adalah orang-orang yang sudah berproses mengumpulkan modal sosial sejak awal.
Meski partai politik membutuhkan suara, namun lanjut Miing, selebriti ada baiknya bukan hanya direkrut karena popularitas sebagai vote getter melainkan juga harus menguasai substansi persoalan.
Ia pun menyoroti pentingnya visi dan misi bagi selebriti ketika menang dan masuk ke lembaga legislatif.
Di sisi lain, kata dia, untuk terjun ke politik para selibriti tidak hanya membutuhkan modal sosial melainkan juga kemampuan finansial yang mumpuni.
Masyarakat kalangan bawah, menurutnya tidak pernah menyelami visi misi para calon pemimpin politik dari kalangan selebriti.
Menururnya masyarakat terbagi dua kelompok jika dihadapkan dengan para calon pemimpin politik dari kalangan selebriti.
"Ada dua kelompok mereka. Mereka kagum sama dia. Atau ada Rp50 ribuan atau tidak. Begitu kan? Ini realitas. Ini fakta politik yang ada hari ini. Pragmatisme masyarakat tidak bisa dibendung seperti itu," kata Miing.
Penyanyi sekaligus Politikus Partai PDI Perjuangan Krisdayanti memberikan tanggapan akan pandangan kinerja selebriti saat masuk Parlemen.
Menurutnya, memang terasa ada pandangan bahwa artis tidak berkontribusi dalam pembangunan suatu bangsa.
Pandangan tersebut ternyata memiliki tekanan yang begitu besar dan sempat terasa olehnya.
"Adanya tekanan begitu besar, asumsi dalam lima tahun bahwa artis tidak bisa berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Saya sempat pikir kok sebegitu besar tekanannya,"ungkapnya pada Selasa (14/2/2023).
Namun ia tetap berpikir positif dan merasa namanya di kancah panggung entertainment menjadi perwujudan tanggung jawab lain.
"Mungkin latar belakang saya di panggung selama 30 tahun bisa menjadi tanggungjawab moral dan peran saya ambil berkontribusi dalam kedisiplinan, etos kerja dan tanggungjawab," paparnya lagi.
Ia pun berpikir jika di dalam gedung DPR RI yang dibutuhkan adalah keinginan untuk mau turun ke bawah.
'Bonding' dengan rakyat dengan tujuan memberikan kesejahteraan.
"Dan saya sangat mudah menyapa warga masyarakat Malang raya, karena berbicara dengan bahasa mereka. 30 tahun di dunia entertainment, tugas turun ke bawah, saya tidak merasa kesulitan," kata Krisdayanti lagi.
Modalnya Tak Hanya Menarik Suara, Tapi Artis Masuk Parlemen Wajib Bersuara
Okky Asokawati, menegaskan bahwa parpol seperti Partai NasDem tak semata-mata merekrut publik figur sebagai vote getter.
Namun, diperlukan publik figur tak hanya mendulang suara partai, tetapi bisa bersuara saat duduk di kursi parlemen.
Baca juga: 3 Dekade Jadi Artis, Arzeti Bilbina Rasakan Bedanya di DPR, Tak Lagi Tunggu Dipanggil, Wajib Maju
"Bagaimana pun juga realitas bahwa setiap partai aku rasa memerlukan publik figur untuk mendulang suara. Tapi apakah publik figur itu mendukang suara atau tidak itu akhirnya tergantung pada publik figur itu sendiri," kata Okky.
"Karena ketika publik figur itu kemudian bisa mendulang suara, tapi kalau NasDem itu saat ini memerlukan publik figur yang bisa memberikan suara tetapi bersuara," sambungnya.
Okky mengatakan, bahwa ada kecenderungan publik figur yang terpilih menjadi anggota DPR RI justru tak bersuara membela kepentingan rakyat.
Apalagi, selama ini Partai NasDem mengusung restorasi perubahan untuk Indonesia.
"Seperti misalnya stunting yang disebutkan yang angkanya yang menurut kami itu dari 24 persen sekarang sudah 20 persen. Dan itu sudhmah berpuluh tahun menurut saya harus ada hal-hal yang perubahan," ucap Okky.
Mantan anggota DPR RI dua periode ini bahwa untuk menubah sebuah ketatanegaraan terkait kepentingan rakyat, perlu banyak yang bersuara di parlemen.
"Karena kalau tidak bisa bersuara maka perubahan itu tidak akan terjadi," ucapnya.
Oleh karenanya, terkait dengan selebriti, Partai NasDem sendiri tentu perlu selebriti tapi juga mereka yang bisa bersuara.
Dia pun mengingat ketika masuk parlemen pada tahun 2009 lalu. Dimana banyak teman-teman yang berasal dari kalangan publik figur hanya menjadi vote getter.
"Saya menyikapinya bahwa oke artis sebagai vote getter, karena memang ibaratnya sebuah badan itu ada yang fungsinya di kepala, fungsi di tangan, ada yang di ekor, jadi masing-masing punya fungsi," katanya.
Namun demikian, Okky menyadari jika dirinya masuk kepolitik sebagai fasion dirinya.
"Tetapi saya sekarang bisa katakan passion saya sebagai politisi, kenapa karena saya menikmati betul ketika membahas satu pasal, untuk memperjuangkan seperti kata CEO Tribun ini, menjadi mata lokal semua provinisi itu perlu pemikiran, waktu, perlu energi," jelasnya.
Okky juga mengatakan, bahwa menjadi anggota dewan bisa menjadi 'Mata Lokal' bagi masyarakat. Tak hanya itu, segudang pengalaman dan karakter juga ditempa selama menjadi wakil rakyat di parlemen Senayan.
"Tapi karena saya merasa ini amanah, dan saya suka. Kenapa saya suka, karena dengan menjadi anggota DPR itu, sebagai wakil rakyat, sebagai pembantu publik yang sekarang harus mempunyai mata lokal, itu ada pengembangan wacana, pengembangan leadership, mengembangkan dalam berargumentasi, mengembangkan dalam publik speacking, dan itu saya nikmati sebagai sesuatu hal yang mungkin tidak semua orang dapatkan," paparnya.
Maka dari itu, Okky menyebut bahwa tidak salah kemudian partai meminta selebriti untuk tampil.
"Tapi saya yakin, biasanya setiap orang kalau sudah pernah sukses di suatu dimensi, atau bidang, dia pasti punya etos kerja yang bagus, dia pasti punya energi yang baik," ujarnya.
"Biasanya kalau dia pindah ke panggung lain, etos kerjanya, staminanya akan dilakukan," jelas Okky.
Lebih lanjut, Okky juga mengatakan bahwa kehadiran para selebriti sebagai anggota dewan itu memang harus berikan untuk kepentingan orang lain.
Pasalnya, publik figur sudah merasakannya berpuluh-puluh tahun kesuksesan di dunia entertaiment.
Terkait repersentasi, bahwa di politik legislasi memang repersentasi sebagai selebritas, yang mendulang suara dan bisa bersuara yaitu menghadirkan UU.
Sementara, bicara mengenai peran publik, pejabat publik sebagai anggota dewan, menurutnya, memang tidak bisa hanya untuk 5 tahun saja.
Karena masalah dan program Undang-undang yang dibuat itu ingin dikawal terus bagaimana bisa berjalan.
"Kadang-kadang akte kelahiran belum di urus, atau misalnya ditolak Puskemas atau Rumah Sakit. Karena memang periode ini saya tidak duduk di parlemen tapi selama saya tidak jadi anggota DPR itu konsituen tetap datang. Tetap minta tolong," ungkapnya.
"Sampai orang rumah bilang, 'Bu kan udah bukan anggota DPR lagi'. Tapi buat saya, tetaplah berbuat baik aja, mungkin itu juga bagian merawat konsituen," jelasnya.
Demikian juga pendapat Arzeti Bilbina.
Menurutnya jika sebelumya pengalaman artis di bidangnya sudah mendarah daging, maka saat duduk di Parlemen akan jadi etos kerja untuk membuktikan mereka juga bisa menyerap aspirasi rakyat.
"Ketika dia terpilih kemudian dia menjadi wakil, dia punya etos kerja yang memang memiliki tanggug jawab penuh," katanya lagi.
Kini, dirinya yang menjabat sebagai anggota DPR juga menerapkan rasa tanggung jawabnya saat menjadi pekerja seni untuk melayani masyarakat.
"30 tahun sudah saya ada di dalam panggung sebagai pekerja seni, dan itu merupakan tanggung jawab besar saat sekarang ketika kami menjadi pelayan atau wakil masyarakat," tutur Arzeti.
Lebih lanjut Arzeti mengungkapkan bahwa ada sisi keartisan yang harus dikesampingkan ketika kini menjadi anggota legislatif.
"Kalau kita masih menjadi penyanyi mungkin mbak KD kan di belakang panggung ketika dipanggil baru keluar," jelas Arzeti.
"Tapi (sekarang) dia pelayan mau nggak mau menjadi bagian dalam masyarakat itu. Permasalahan masyarakat itu yang harus diselesaikan oleh wakilnya yang duduk di legislatif," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Aisyah Nursyamsi/Fransiskus Adhiyuda/M Alivio/Gita Irawan/Anita K W)