TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri telah mengumumkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk jadi calon presiden (Capres) 2024.
Pengumuman Capres tersebut dilakukan pada Rapat DPP PDI Perjuangan yang ke-140, pada Jumat (21/4/2023) siang.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menanggapi soal Megawati memilih Ganjar Pranowo bakal jadi Capres 2024 mendatang.
Jamiluddin menilai Ketum PDIP itu memilih Ganjar sebagai calon presiden 2024 berdasarkan faktor elektabilitas.
Sedangkan selama ini PDIP disebut kerap menyatakan soal elektabilitas tak menjadi faktor utama untuk pemilihan Capres.
"Megawati rupanya tetap memilih capres berdasarkan elektabilitas. Padahal selama ini petinggi PDIP kerap menyatakan eletabilitas tidak menjadi faktor utama untuk memutuskan capres dari PDIP," kata Jamiluddin, Minggu (23/4/2023).
Baca juga: Respons Ganjar Pranowo Ditetapkan Jadi Capres PDIP, Anies Baswedan: Perjuangan Tidak Sederhana
Pengamat politik itu pun menuturkan bahwa Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kerap menyatakan partainya tidak akan mengusung seorang calon presiden hanya berdasarkan suatu pencitraan.
Namun, kata Jamiluddin, pernyataan tersebut tidak sesuai apa yang telah dikatakan sebelumnya.
"Pernyataan itu rupanya tidak terbukti sama sekali. Suka tidak suka, Ganjar sosok yang dibesarkan oleh medsos. Berbekal medsos Ganjar mengumbar pencitraan. Hal itu juga pernah dikritik Puan dan petinggi PDIP lainnya," tuturnya.
Terkait hal itu, Jamiluddin menganggap bahwa PDIP tidak berbeda dengan partai-partai lainnya yang dalam memilih Capres nya menggunakan elektoral sebagai faktor utama pemilihan.
"Elektoral yang diperoleh Ganjar itu juga dominan hasil dari pencitraan, bukan kinerjanya."
"Ganjar selama dua periode menjabat Gubernur Jawa Tengah belum terdengar prestasinya yang monumental. Kinerja Ganjar hanya datar saja," ujarnya.
Lebih lanjut, sebelumnya Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, membeberkan soal kriteria capres Megawati.
Ia memastikan bahwa capres yang tampan, suka pencitraan, dan memiliki banyak gelar, tidak akan masuk kriteria Ketum PDIP itu.