TRIBUNNEWS.COM - Analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menyoroti etika politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengumpulkan para ketua umum (ketum) partai politik di Istana Merdeka, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Pangi menilai Jokowi memiliki kekurangan untuk memisahkan urusan politik kepartaian dengan urusan pemerintahan.
Etika Jokowi juga dibandingkan Pangi dengan era Presiden Soeharto dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Soeharto di era kepemimpinan beliau, walau 32 tahun berkuasa, memang memisahkan antara kegiatan partisan politik dengan kegiatan pemerintahan dan negara."
"Sehingga Soeharto membuat namanya Istana Cendana, untuk aktivitas beliau sebagai DPP, Ketua Golkar di waktu itu," ungkap Pangi dalam talkshow Overview, Kamis (11/5/2023).
Baca juga: Besok Relawan Jokowi Kumpul Bareng Ganjar Pranowo di Senayan
Pangi menyayangkan apa yang ditunjukkan Presiden Jokowi seakan mengalami kemunduran dibanding era sebelumnya.
"Nah jangan sampai, maksud saya kita mundur, di era Soeharto saja itu lebih diatur, jadi beliau bisa memisahkan antara kegiatan partisan politik, dengan kegiatan pemerintahan dan negara. Ini mestinya kita lebih maju," ujarnya.
Pangi juga membandingkan di era Presiden SBY.
"Pak SBY jauh agak lebih elegan, lebih fair, mana aktivitas politik, mana aktivitas kenegaraan."
"Beliau ada rumah sendiri, rumah Cikeas," ujarnya.
Menurut Pangi, posisi Jokowi yang tidak memiliki kediaman pribadi yang dekat dengan Ibu Kota menjadikannya kurang bisa memisahkan urusan partai dan pemerintahan.
"Sehingga tidak ada tempat, enggak mungkin ke Solo."
"Rumahnya Istana Bogor dan Istana Merdeka, sehingga tidak ada pilihan," ungkap Pangi.
"Tapi seharusnya bisa dicarikan solusi terbaik," imbuhnya.