Menurut Pangi, terlibat aktif dalam melakukan negosiasi bahkan menunjukkan dukungan secara terbuka akan memberikan dampak negatif yang sangat berbahaya terhadap penyelenggaraan Pemilu 2024.
"Netralitas akan menjadi isapan jempol baik dari penyelenggara dan bahkan dari aparat negara yang lain (ASN, TNI-POLRI). Itu artinya penyelenggaraan pemilu yang curang sudah di depan mata," ungkapnya.
Lebih jauh, Pangi melihat dari pidato berapi-api Jokowi di hadapan relawan yang penuh dengan harapan, janji dan jargon politik yang selalu membawa-bawa nama rakyat, sepertinya ada sesuatu yang belum selesai.
"Pidato berapi-api di hadapan relawan ini seperti menimbulkan kesan Jokowi lebih terlihat sebagai seorang calon presiden ketimbang 'King Maker'," ungkapnya.
Pidato Jokowi juga dinilai penuh dengan gambaran lemahnya pemerintahan sekarang dan harus diselesaikan dan carikan jalan keluarnya oleh pemerintahan mendatang.
"Ini seperti kata pepatah menepuk air di dulang terpercik muka sendiri, artinya Jokowi sedang mempertontonkan kegagalannya memimpin dalam 9 tahun terakhir," ungkapnya.
Baca juga: Pengamat: Lewat Musra, Jokowi Sedang Mengirim Tiga Pesan Sekaligus
Puncak Musra
Diketahui, puncak Musra digelar pada Minggu (14/5/2023) lalu.
Tidak ada nama bakal capres dan cawapres hasil Musra yang disebut Presiden Jokowi saat berpidato.
Padahal, Jokowi sudah mengantongi nama-nama yang dijagokan menjadi capres dan cawapres dalam Musra yang sudah diselenggarakan di 30 wilayah.
Jokowi memilih untuk tidak mengumumkan nama bakal capres pilihan Musra dan berdalih itu merupakan strategi.
"Jadi saya terus terang, ini harus kita berikan waktu kepada partai atau gabungan partai untuk menyelesaikan urusan capres dan cawapresnya seperti apa," ungkap Jokowi.
Jokowi mengatakan menurut konstitusi yang bisa mencalonkan capres cawapres adalah partai atau gabungan partai.
Sehingga, lanjut Jokowi, akan menjadi bagian tugasnya untuk memberikan bisikan kepada partai-partai terkait hasil Musra.
"Jadi kalau saya ngomong sekarang, untuk apa?"
"Yang namanya strategi ya itu, jangan tergesa-gesa, jangan grusa-grusu jangan cepet-cepetan, karena Belanda masih jauh," ungkap Jokowi.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)