TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Politik Citra Institute, Yusak Farchan, berpendapat bahwa bakal calon presiden (bacapres) dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto, akan memperoleh keuntungan di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Itu semua, menurut Yusak, berkat adanya dukungan yang kuat dari Presiden ke-6 Indonesia sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sebagaimana diketahui, Partai Demokrat telah mendeklarasikan diri untuk mendukung Prabowo Subianto sebagai bacapres di Pilpres 2024.
Baca juga: Antara Prabowo dan Ganjar, Siapa Capres yang Akan Didukung Partai Berkarya di Pilpres 2024?
Selain itu, ada kemungkinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga akan memberikan dukungannya kepada Prabowo.
Apalagi, baru-baru ini Presiden Jokowi dan SBY bertemu di Istana Bogor yang menjadi sebuah sinyal positif bagi bacapres dari KIM itu.
“Jadi kalau Pak Jokowi dan Pak SBY bertemu kurang lebih ini akan memberikan efek psikologis terkait dengan dukungan dua orang tersebut kepada Pak Prabowo,” kata Yusak dikutip dari Wartakotalive.com.
Ia kemudian melanjutkan bahwa ketika bergabung ke KIM, Partai Demokrat mengusulkan beberapa perubahan.
Lalu gagasan perubahan itu diterima dan juga diakomodasi oleh Prabowo.
Oleh karena itu, Yusak menegaskan, komitmen Prabowo Subianto itu akan diuji jika terpilih menjadi Presiden Indonesia pada periode berikutnya.
Yusak juga menjelaskan, pria berusia 71 tahun itu akan tetap meneruskan program pemerintahan yang menurutnya baik dan juga layak untuk Indonesia di masa yang akan datang.
"Waktu Demokrat bergabung kan Demokrat mengusulkan beberapa perubahan dan itu diakomodasi, ditampung oleh Pak Prabowo, saya kira kalau Pak Prabowo terpilih, ya, komitmen itu akan diuji,” tutur Yusak.
Ia mengatakan, soal program di pemerintahan sebelumnya, persoalannya bukan bisa atau tidak, melainkan jika program itu baik seharusnya bisa dilanjutkan oleh Prabowo.
Program yang bisa dilanjutkan pun tidak hanya dari pemerintahan Jokowi, tetapi bisa ditarik sampai ke masa pemerintahan SBY.
Jadi, Yusak menyimpulkan bahwa Prabowo bisa mengakomodasi usulan dari elite politik lain, dalam hal ini ialah Partai Demokrat.
Nantinya, program-program dari masa pemerintahan SBY yang belum selesai, bisa dioptimalkan oleh Prabowo jika terpilih sebagai presiden selanjutnya.
"Soal apakah bisa atau ngga, ya prinsipnya kan sepanjang program presiden yang lama itu baik dan bisa dilanjutkan ya kenapa tidak, jadi bukan soal bisa atau tidak, tapi sepanjang program itu baik," terang Yusak.
"Memang sudah seharusnya untuk dilanjutkan, bukan hanya pemerintahan Pak Jokowi tapi ditarik mundur ke belakang hingga ke pemerintahan Pak SBY."
"Jadi, saya kira dengan bergabungnya Demokrat dan pertemuan itu Pak Prabowo dalam positioning mengakomodasi, menerima masukan-masukan dari usulan-usulan Partai Demokrat," ucapnya.
Meski begitu, sampai sekarang belum diketahui isi pertemuan antara SBY dengan Jokowi di Istana Bogor, Jawa Barat pada Senin, (2/10/2023) lalu.
Ketika ditanya oleh wartawan, Jokowi enggan memberikan jawaban. Ia hanya menyebutkan pertemuan itu adalah bincang-bincang mengenai tahun 2024.
"Silaturahmi, berbincang-bincang, terutama mengenai 2024. Yang dibicarakan apa? Rahasia," tutur Jokowi dikutip dari YouTube Kompas TV.
(Tribunnews.com/Deni)(Wartakotalive.com/Panji Baskhara)