News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

PDIP Merasa Ditinggal Jokowi dan Keluarga, Pengamat: Mereka Sangat Marah Dikhianati

Penulis: Nuryanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Jokowi (kiri) dan Gibran Rakabuming Raka (kanan). Setelah merasa ditinggalkan Jokowi dan keluarga, PDIP dinilai tengah mengalami stres politik luar biasa.

TRIBUNNEWS.COM - PDI Perjuangan (PDIP) merasa ditinggalkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarga.

Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto mengatakan, partainya telah memberikan privilege atau keistimewaan kepada Jokowi dan keluarga.

Namun, kata Hasto, setelah pemberian keistimewaan tersebut, PDIP justru ditinggalkan Jokowi dan keluarganya.

"Kami begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranatan kebaikan dan konstitusi," ujar Hasto dalam keterangan tertulisnya, Minggu (29/10/2023), dilansir Wartakotalive.com.

"Pada awalnya kami hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi," lanjutnya.

Baca juga: Kata Pengamat soal Alasan PDIP Tak Pecat Gibran, tetapi Hanya Minta Kembalikan KTA

PDIP Dinilai Tengah Alami Stres Politik

Setelah merasa ditinggalkan Jokowi dan keluarga, PDIP dinilai tengah mengalami stres politik luar biasa.

Pasalnya, Jokowi telah merestui putranya, Gibran Rakabuming Raka, menjadi cawapres Prabowo Subianto.

"PDIP alami stres politik luar biasa, satu sisi mereka sangat marah dikhianati, sisi lain mereka sulit ungkapkan kemarahan karena Jokowi sulit terprovokasi," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, Senin (30/10/2023), dikutip dari Kompas.com.

Dedi menyebut pernyataan Hasto itu semata-mata untuk menggiring opini bahwa Jokowi bukanlah sosok seperti yang mereka bayangkan.

Menurutnya, manuver serupa akan terus diambil PDIP hingga masa jabatan Jokowi sebagai presiden berakhir.

"Agar publik tidak ragu dengan sikap Megawati, bagaimanapun mereka partai pemenang dan masih yang tertinggi hingga saat ini," ujarnya.

"Jika ada nuansa lemah dengan Jokowi, justru bisa tertinggal dengan manuver Jokowi," papar Dedi.

Baca juga: Demokrat Jawab Pernyataan Sekjen PDIP yang Sebut Penguasa Pegang Kartu Truf Ketua Umum Parpol

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka saat masuk pertama di Balai Kota Solo usai melewati tahapan pendaftaran capres-cawapres, Jumat (27/10/2023). (TribunSolo.com / Ahmad Syarifudin)

Tanggapan Ganjar

Bakal capres Ganjar Pranowo juga menanggapi pernyataan Hasto terkait PDIP yang memberikan privilege ke Jokowi dan keluarga, namun ditinggalkan.

Ganjar menyebut PDIP tidak akan cengeng dalam menghadapi situasi politik saat ini.

"Kesedihan itu pasti ada, tapi kita enggak akan cengeng, banteng enggak cengeng, Banteng Ketaton itu langsung bergerak. Gitu," ujarnya usai menghadiri acara silahturahmi dengan Pengasuh Syuriah NU se-DKI, di Jakarta, Minggu.

Dalam pernyataannya, Ganjar mengaku sangat menghargai pilihan politik dari Jokowi dan Gibran.

"Dan kita coba fight terus, kita enggak cengeng dengan segala apa yang terjadi."

"Dan sampai detik ini, saat ini saya menghormati Pak Jokowi, menghormati Mas Gibran, sebagai suatu pilihan-pilihan politik," imbuh Ganjar.

Baca juga: Kecam Putusan MK yang Buka Jalan bagi Gibran, Elite PDIP: Keputusan Kaum Tiran

Sebelumnya, Hasto juga sempat menyebut, pihaknya menghormati keputusan Gibran yang telah berubah warna menjadi kuning dari merah.

Pernyataan itu disampaikan Hasto merespons status Gibran yang menjadi cawapres Prabowo di Pilpres 2024.

"Kalau warnanya juga berubah semula merah kemudian secara nyata sudah berubah menjadi kuning maka partai menghormati itu," kata Hasto di Hotel Burobudur, Jakarta, Jumat (27/10/2023).

Namun, Hasto enggan menjawab tegas soal status Gibran di PDIP, apakah telah resmi mundur atau dipecat.

Gibran Rakabuming Raka saat melakukan pendaftaran capres-cawapres untuk Pilpres 2024 di Komisi Pemilihan Umum RI (KPU), Jakarta, Rabu (25/10/2023). (Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra)

Diketahui, Gibran diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) sebagai cawapres untuk mendampingi Prabowo di Pilpres 2024.

Adapun KIM terdiri dari Partai Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PSI, Gelora, PBB, Garuda, dan PRIMA.

Sementara itu, status Gibran masih kader PDIP saat diumumkan sebagai cawapres Prabowo.

Mengenai statusnya di PDIP, Gibran mengaku sudah berbicara dengan Ketua DPP PDIP, Puan Maharani.

Terpisah, Puan Maharani juga mengaku telah bertemu Gibran.

Saat itu, Puan menegaskan belum ada pernyataan Gibran mundur dari PDIP.

Bahkan, Gibran juga belum mengembalikan Kartu Tanda Anggota (KTA) PDIP.

Baca juga: Merasa Ditinggalkan Jokowi, PDIP: Kayak Ada Tipuan, Gibran Bicaranya Tidak Bisa Dipegang

Puan menegaskan, Gibran hanya berpamitan untuk menjadi cawapres Prabowo.

Di sisi lain, politikus PDIP, Masinton Pasaribu, menyebut Gibran bukan lagi kader PDIP.

Sebab, Gibran tak lagi mengikuti keputusan partai untuk mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres, dan justru mendaftarkan diri sebagai cawapres Prabowo.

Gibran juga disebut otomatis dipecat PDIP karena sanksi yang dijatuhkan adalah sanksi berat.

(Tribunnews.com/Nuryanti/Fransiskus Adhiyuda Prasetia) (Kompas.com/Nicholas Ryan Aditya) (Wartakotalive.com/Alfian Firmansyah)

Berita lain terkait Pilpres 2024

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini