"Kekuasaan hari ini itu dibentuk oleh Ibu Megawati itu sendiri selama 10 tahun, karena Pak Jokowi itu pada Pemilu Presiden tahun 2014 diusung oleh PDI-P, dan didukung ramai-ramai, termasuk kami juga mendukung. Dan pada tahun 2019 juga didukung oleh PDI-P," ujarnya.
Nusron pun membantah jika Jokowi berkuasa dengan gaya zaman orde baru.
Ia mengaku tak melihat ada tanda-tanda orde baru di pemerintahan saat ini.
Nusron mengatakan, jika saat ini kembali ke masa Orde Baru, pasti kekuasaannya tersentralisasi hanya di tangan satu partai.
Namun, nyatanya, ada banyak kader partai politik yang duduk di kursi pemerintahan.
"Dulu zaman Orde Baru kekuasaan itu hanya satu partai. Sekarang apakah ciri-ciri itu ada dalam diri Pak Jokowi? Tidak ada."
"Kekuasaan ini terdesentralisasi ke berbagai partai. Menko Perekonomian-nya dari Golkar, kemudian Menteri Aparatur Negara itu dari PDI-P."
"Jadi kalau kemudian pemerintahan hari ini dikatakan orde baru ciri-ciri orde baru adalah sentralisasi kekuasaan di tangan satu partai. Hari ini tidak ada sentralisasi kekuasaan di tangan satu partai," katanya.
Sebelumnya, Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pemilu Presiden (TKRPP) mengundang ribuan relawan se-Pulau Jawa untuk mendengarkan paparan para ketua umum, pasangan calon Ganjar-Mahfud, dan Pimpinan TPN.
Megawati yang saat itu duduk di samping Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud MD, Arsjad Rasjid, tampak berapi-api saat berpidato.
Megawati menyebut pihak yang saat ini baru berkuasa di Indonesia hendak bertindak seperti di rezim orde baru.
"Mengapa sekarang kalian yang baru berkuasa, sekarang mau bertindak seperti waktu zaman Orde Baru?" ucap Mega disambut riuh teriakan relawan.
Republik Indonesia, kata Megawati, dibangun penuh perjuangan namun dicederai dengan sikap tersebut.
Megawati kemudian mengajak para relawan untuk melawan sikap-sikap yang dimaksud itu.