TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengaku, pihaknya sudah memulai persiapan mengenai penanganan calon anggota legislatif mengalami gangguan jiwa akibat gagal terpilih saat pemilu 2024 mendatang.
"Ini baru mau mulai," kata Menkes kepada wartawan di Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Baca juga: Respons Menteri Kesehatan soal Kesiapan Rumah Sakit Jiwa untuk Caleg Gagal di Pemilu 2024
Menurut Menkes Budi penyakit jiwa ada berbagai macam seperti mental disorder. Mulanya anxiety, cemas. Anxiety dirasakan sekarang karena akan mulai pemilihan.
"Baru setelah itu ada depression disorder tapi biasanya itu kan sudah pemilu sudah mengetahui kalah baru tahu depresi," kata Menkes.
Ia pun berharap, konstelasi politik tahun depan dapat berjalan lancar.
Baca juga: Antisipasi Caleg Stres yang Gagal di Pemilu 2024, Rumah Sakit Mulai Siapkan Dokter Spesialis Jiwa
Diketahui pada perhelatan pilkada lalu-lalu, kabar soal caleg alami gangguan jiwa dan depresi akibat kalah selalui muncul pascapesta demokrasi.
Sejumlah daerah sudah mulai mempersiapkan rumah sakit yang menyiakan ruangan khusus untuk mengantisipasi caleg yang mengalami stres atau gangguan jiwa akibat gagal dalam pemilihan legistlatif (Pileg) di Pemilu 2024. Rumah Sakit Oto Iskandar Dinata, Soreang, Bandung Jawa Barat, misalnya.
Ini adalah salah satu rumah sakit yang menyiapkan ruangan khusus untuk caleg yang mengalami gangguan mental.
Tidak hanya itu, pihak RS Oto Iskandar Dinata juga menyiapkan dokter spesialis jiwa dan bagi calon legislatif yang stres usai mengikuti kontestasi Pemilu 2024.
"Kita sebenarnya sudah memiliki dokter spesialis penyakit jiwa, jadi untuk kegiatan pasien-pasien yang kasus ringan itu bisa dilakukan dengan rawat jalan. Rencananya ada 10 ruangan VIP untuk persiapan Pemilu," kata Irfan Agusta, Wadir Pelayanan RSUD Oto Iskandar Dinata.
Layanan yang diberikan RS Oto Iskandar Dinata nantinya ditujukan bagi caleg yang mengalami gangguan kejiawaan seperti gelisah, gemetar dan susah tidur hingga cemas.
Tidak hanya di RS Oto Iskandar Dinata, RSUD dr. Abdoer Rahiem Situbondo, Jawa Timur juga sedang menyiapkan ruangan khusus rawat inap.
Direktur RSUD dr Abdoer Rahiem, Roekmy Prabarini mengatakan saat ini pihaknya sedang membangun ruang rawat inap jiwa untuk pasien dengan gangguan mental psikologis seperti caleg yang stres.
"Saat ini kami dalam pembangunan ruang rawat inap jiwa baik yang akut maupun kronis atau yang ringan," kata Roekmy.
Ia menjelaskan bahwa nantinya, ruang rawat inap tersebut juga digunakan untuk semua pasien yang membutuhkan pertolongan jiwa baik rawat jalan maupun rawat inap. Saat ini, kata Roekmy, RSUD dr Abdoer Rahiem menyiapkan fasilitas seperti poli jiwa yang ditangani oleh psikiater dan psikolog.
"Psikolog yang disetiap hari sedangkan psikiater hanya 2 kali seminggu, sedangkan untuk rawan inap yang akut sekarang sudah ada, sementara yang akan kami siapkan pada 2024 nanti adalah rawat inap jiwa baik yang akut, sedang atau hanya gangguan ringan," ujar Roekmy.
Roekmy menyebut ada sejumlah gejala gangguan jiwa yang menurutnya harus mendapat perawatan. Diantaranya kecemasan berlebihan hingga berhalusinasi.
"Kecemasan terhadap sesuatu yang tidak jelas, berhalusinasi, mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau bahkan dia sudah tidak enak makan, tidak mau mandi, tidak bisa merawat diri atau meracau," ucapnya.
Meski sudah menyiapkan ruangan khusus, Roekmy berharap caleg yang akan bertanding di Pemilu 2024 nanti dapat menerima dengan lapang dada hasil yang akan diperoleh. "Doa kami semoga semua caleg siap baik menang maupun kalah," kata Roekmy.
Ponpes Membantu
Pakar Spiritual HipnOtivation Therapy (SHOT Indonesia) dan Ruqyah Syar’iyyah, sekaligus pendiri Pondok Pesantren Nurul Firdaus, H. Gumilar siap menampung dan menangani caleg stres yang mengalami depresi pada Pemilu 2024.
Pondok Pesantren Nurul Firdaus tersebut berada di Dusun Panoongan, Desa Kertaraharja, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Gumilar mengatakan terkait dengan caleg yang depresi itu ada perbedaan saat Pemilu pada dua periode sebelumnya dengan tahun 2024.
“Kalau dulu, pertama kali tentunya proses saat mencalonkan itu belum terlalu matang persiapannya, terkait dengan pengetahuan, pengalaman, keterampilan, sikap, dan nilai tertentu. Sehingga, pada saat mereka gagal sebagian besar mereka mengalami gangguan kejiwaan baik ringan, sedang maupun berat,” jelas Gumilar.
(Tribun Network/ais/rin/wly)