TRIBUNNEWS.COM - Data Pemilih Tetap (DPT) Komisi Pemilihan Umum (KPU) sejumlah 204 juta orang disinyalir bocor.
Kebocoran ini petama kali diungkapkan oleh Lembaga Riset Keamanan Siber, CISSReC.
Lembaga ini menyebut ada sosok bernama Jimbo yang disinyalir berhasil membobol 204 juta DPT KPU.
Adapun isi data DPT tersebut terdiri dari NIK, Nomor KK, Nomor KTP, nama lengkap hingga kodefikasi Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Jimbo lalu menjual data DPT tersebut senilai 74 ribu dolar AS atau Rp1,2 miliar.
Baca juga: Data Pemilih Bocor, Dijual Seharga Rp1 Miliar, KPU dan Tim Gugus Tugas Selidiki Kebenaran
Setelah dugaan bocornya data DPT KPU tersebut, capres nomor urut 1, Anies Baswedan, dan capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, pun buka suara.
Anies Tunggu Keterangan Resmi, Timnas AMIN Tak Mau Berspekulasi
Anies mengaku sudah mengetahui kabar bocornya 204 juta DPT KPU tersebut.
Namun, dia menyebut masih menunggu verifikasi terkai kebenaran kabar tersebut.
Kendati demikian, Anies tetap mewanti-wanti agar data terkait identitas harus dijaga dengan serius.
"Saya membaca berita itu, tapi saya belum mendengar verifikasinya. Tapi kami merasa perlu bahwa yang namanya data itu harus dijaga keamanannya secara ama-amat serius," katanya di Cicaheum, Jabar, Rabu (28/11/2023).
Anies menjelaskan bahwa keamanan data bukanlah terkait sistem yang mengaturnya tetapi soal integritas operator yang melaksanakan penjaminan tersebut.
Mantan Gubernur DKI Jakarta pun tidak mau berspekulasi apapun dan tetap ingin menunggu keterangan resmi dari pihak-pihak terkait
"Kita belum mendengar penjelasan resminya. Jadi saya tunggu sampai ada (keterangan) resminya," jelasnya.
Baca juga: 204 Juta Data Pemilih Pemilu 2024 di KPU Diduga Bocor, Cak Imin Hingga Mahfud MD Bereaksi