TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI masih belum bisa memastikan dugaan kebocoran data pemilih itu benar berasal dari lembaga penyelanggara pemilu atau bukan.
Dua pekan sejak dugaan kebocoroan data itu diungkap ke publik, masih belum diketahui darimana sumber kebocorannya.
"Kesimpulan saat ini, boleh ditanya ke mabes, memang belum bisa dikatakan itu data KPU atau tidak," kata Anggota KPU RI Betty Epsilon Idroos di kantornya, Rabu (13/13/2023).
Saat ini, lanjut Betty, pihak kepolisian masih perlu waktu untuk melakukan investigasi guna mencari tahu jawaban atas seluruh pertanyaan terkait dugaan kebocoran data itu.
Di tengah isu kebocoran, Betty menegaskan KPU serius dalam menjaga data seluruh masyarakat melalui seluruh tim yang sudah pihaknya persiapkan.
"KPU serius ya. Ini ibarat rumah, rumahnya sudah dijaga, ada pagarnya, ada kunci gemboknya, lalu ada maling yang mau masuk ke dalam, itu kita usahakan, sebisa mungkin untuk kita jaga," tuturnya.
Eks Ketua KPU DKI Jakarta itu juga menyinggung pihaknya langsung berkoordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) setelah dugaan kebocoran data mencuat.
BSSN berperan melakukan mitigasi, sedangkan Polri fokus menginvestigasi dan melakukan BAP (berita acara pemeriksaan).
Betty mengeklaim ada upaya peningkatan keamanan pada semua aplikasi kepemiluan KPU serta pengecekan rutin terhadap semua aplikasi itu.
"Yang pasti kita sudah lebih aware, lebih kuat, karena semua lembaga dalam hal ini turut membantu KPU, dan kami apresiasi atas kerja-kerja BSSN dan BIN dan juga Mabes untuk mencari solusi, dugaan, kebocoran data pemilih ini," kata dia.
Baca juga: Disebut Turut Pegang Data DPT Ihwal Dugaan Kebocoran, Bawaslu: Data Kami Tidak Spesifik
Sebelumnya diberitakan, peretas dengan nama anonim "Jimbo" mengungkap ihwal ia telah meretas situs kpu.go.id dan berhasil mendapatkan data pemilih dari situs KPU RI.
"Jimbo" membagikan 500 ribu data contoh yang berhasil ia peroleh, melalui salah satu unggahan di situs BreachForums yang kerap digunakan untuk jual-beli hasil peretasan.
Di dalam data yang bocor itu ditampilkan data pribadi seperti NIK, nomor KTP, nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, tempat lahir, status pernikahan, alamat lengkap, RT, RW, sampai kode kelurahan, kecamatan dan kabupaten serta TPS.
Data-data itu dijual dengan harga 74.000 dollar Amerika atau sekitar Rp 1,2 miliar.
Ia juga membagikan beberapa tangkapan layar dari website https://cekdptonline.kpu.go.id/ untuk meyakinkan kebenaran data yang didapatkan.
Dalam unggahan itu, "Jimbo" juga mengaku menemukan 204.807.203 data unik, jumlah yang hampir sama dengan jumlah pemilih di dalam daftar pemilih tetap (DPT) KPU RI sebanyak 204.807.203 pemilih.