News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Pengamat Nilai Sindiran Anies pada Prabowo soal Oposisi Jadi Abu-abu: NasDem dan PKB di Pemerintahan

Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon Presiden nomor urut 01 Anies Baswedan menjawab pertanyaan dari Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto saat mengikuti Debat Pertama Calon Presiden 2024 di Halaman Gedung KPU, Jakarta Pusat, Selasa (12/12/2023). Debat Perdana tersebut mengusut tema Hukum, Hak Asasi Manusia (HAM), Pemberantasan Korupsi, dan Penguatan Demokrasi. Ketika debat perdana capres berlangsung, Anies Baswedan sempat menyindir Prabowo Subianto. Pengamat nilai pernyataan itu jadi abu-abu.

TRIBUNNEWS.COM - Ketika debat perdana calon presiden (capres) berlangsung, Anies Baswedan sempat menyindir Prabowo Subianto.

Anies menyebut Prabowo tak tahan menjadi oposisi.

Oleh sebab itu, Prabowo menerima tawaran Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).

Menurut pengamat politik, Efriza, pernyataan Anies soal oposisi menjadi abu-abu.

Baca juga: Jelang Debat Cawapres: Gibran Buka Suara, Timnas AMIN Singgung Pengalaman Cak Imin Jadi Aktivis

Alasannya, dua partai pengusung mantan Gubernur DKI Jakarta itu di kontestasi Pilpres 2024 berada di pemerintahan, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan NasDem.

Sementara itu, Anies Baswedan dinilai oleh Efriza berani mengambil langkah sebagai oposisi karena tak memiliki partai.

"PKB, Nasdem masih di pemerintahan dan ini pernyataan Anies oposisi jadi abu-abu," ujarnya, Kamis (14/12/2023), dikutip dari WartaKotalive.com.

Efriza lantas menantang Anies apakah berani meminta kepada PKB dan Nasdem untuk keluar dari pemerintahan Jokowi sehingga kedua partai itu bisa bersikap sama seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai oposisi.

Menurutnya, saat ini PKS tak memiliki stamina sebagai oposisi dan kurang pendukung.

"Kalau Anies hanya melihat oposisi, PKS itu oposisi. Apakah PKS itu punya stamina? Tidak ada dan kurang pendukung," ungkapnya.

Momen Anies, Prabowo dan Ganjar usai Debat Pilpres 2023 di Kantor KPU, Selasa, 12 Desember 2023. Terlihat cawapres Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD bersalaman di belakang capres. (Tangkap layar kanal YouTube KPU RI)

Sebelumnya, dalam debat capres Anies mengatakan, kekuasaan itu lebih dari soal bisnis, lebih dari soal uang, kekuasaan adalah soal kehormatan untuk menjalankan kedaulatan rakyat.

"Oposisi itu penting dan sama-sama terhormat, sayangnya tidak semua orang tahan untuk berada menjadi oposisi seperti disampaikan Pak Prabowo. Pak Prabowo tidak tahan menjadi oposisi," kata Anies dalam debat di KPU RI, Selasa (12/12/2023).

"Apa yang terjadi? Beliau sendiri menyampaikan bahwa tidak berada dalam kekuasaan membuat tidak bisa berbisnis, tidak bisa berusaha, karena itu harus berada dalam kekuasaan, kekuasaan lebih dari soal bisnis, kekuasaan lebih dari soal uang, kekuasaan adalah soal kehormatan untuk menjalankan kedaulatan rakyat," tuturnya.

Pembelaan TKN Prabowo-Gibran

Sementara itu, Tim Kampanye Nasional Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (TKN Prabowo-Gibran) telah memberikan pembelaan.

Sekretaris TKN Prabowo-Gibran, Nusron Wahid, mengatakan keputusan Prabowo bergabung dengan pemerintahan Presiden Jokowi pada 2019 silam demi rekonsiliasi nasional.

"Pak Prabowo masuk ke pemerintahan bukan karena tidak tahan oposisi, apalagi karena selama oposisi tidak bisa berbisnis. Tapi karena panggilan bangsa dan sejarah," kata Nusron kepada awak media, Rabu (13/12/2023).

Selain itu, langkah tersebut jadi bentuk mengatasi masyarakat yang terbelah akibat Pilpres 2019.

Alhasil, dengan jiwa besarnya, Prabowo bersedia bergabung dengan Jokowi yang merupakan rivalnya di Pilpres 2019.

Ketua DPP Partai Golkar ini juga menegaskan langkah Prabowo bukan sebagai bentuk pragmatisme atau mencari keuntungan semata.

"Prabowo menjadi bagian dari aktor negara dan sejarah. Karena kebutuhan untuk mengatasi problem bangsa akibat keterbelahan yang menganga pasca-Pilpres 2019."

"Negara tidak boleh pecah dan terbelah sehingga dibutuhkan jiwa besar Pak Prabowo untuk bersedia bergabung dalam pemerintahan Jokowi. Ini adalah bentuk rekonsiliasi nasional."

"Ini bukan langkah pragmatis akibat tidak tahan menjadi oposisi. Tapi demi persatuan dan kesatuan Indonesia dan masa depan demokrasi di Indonesia," jelas Nusron.

Sebagian artikel ini telah WartaKotalive.com dengan judul: Anies Sindir Prabowo Soal Oposisi, Pengamat: Pernyataan Abu-abu, Nasdem dan PKB Dukung Jokowi.

(Tribunnews.com/Deni/Danang Triatmojo)(WartaKotalive.com/Miftahul Munir)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini