TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Timnas AMIN merespon adanya aduan yang ditujukkan ke calon presiden nomor urut 01, Anies Baswedan ke Bareskrim Polri soal penggunaan akronim 'Amin'.
Juru Bicara Timnas AMIN, Indra Charismiadji merasa aneh dengan aduan soal dugaan penistaan agama tersebut yang dinilai mengada-ada.
"Kok aneh-aneh saja. Agama mana yang dinistakan? Amin itu tidak hanya dipakai dalam ritual agama lho," kata Indra saat dihubungi.
Indra mengatakan jika tulisan ucapan yang dibaca setelah surat Al-fatihah saat salat berbeda dengan akronim tersebut.
"Ucapan setelah bacaan surah Al-Fatiha itu kalau ditulis dalam bahasa Indonesia adalah aamiin, bukan AMIN. Jadi dua hal yang tidak sama," ungkapnya.
Di sisi lain, Indra mengatakan upaya yang dilakukan ini mencederai Pemilu 2024 dan tidak riang gembira seperti yang sudah digaungkan.
"Harusnya punya komitmen bersama. Ngapain ditarik tarik ke ranah hukum hanya karena kami punya Akronim yang sangat merakyat," tuturnya.
Diadukan ka Bareskrim Polri
Calon Presiden (Capres) nomor urut 1, Anies Baswedan diadukan ke Bareskrim Polri diduga melakukan penistaan agama karena menggunakan akronim 'Amin' dalam kampanye Pilpres 2024.
Akronim tersebut diketahui memang digunakan untuk pasangan calon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Pengaduan masyarakat (dumas) ini dilakukan oleh kelompok yang menamakan organisasinya Forum Aktivis Dakwah Kampus Indonesia.
Koordinator Forum Aktivis Dakwah Kampus Indonesia, Umar Segala menilai penggunaan akronim tersebut termasuk dalam penistaan agama.
"Jelas bahwa dijelaskan dalam hadits-hadits bahwasanya penggunaan kata Amin ini adalah penggunaan kata suci, penggunaan harapan kita terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Umar kepada wartawan di Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat.
Tak hanya di agama Islam, Umar mengatakan, kata Amin juga memiliki makna yang sama bagi agama-agama lain di Indonesia.
Umar mengatakan Anies melakukan politisasi agama demi kepentingan pribadinya dalam berkontestasi di Pemilu 2024 dengan menggunakan akronim tersebut.