Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, PURWOREJO - Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo merespons soal tindak kekerasan yang dialami pendukungnya di Boyolali, Jawa Tengah.
Adapun aksi pengeroyokan tersebut diduga dilakukan oknum prajurit TNI.
Atas polemik tersebut, Ganjar mengaku pihaknya telah berkomunikasi dengan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
"Saya sudah minta bantuan dari teman-teman Komisi 1 DPR. TPN yang sudah berkomunikasi dengan Kepala Staf TNI Angkatan Darat dan Panglima TNI. Tadi saya juga sudah kontak dengan Pangdam," kata Ganjar di Purworejo, Jawa Tengah, Minggu (31/12/2023).
Mantan Gubernur Jawa Tengah ini melanjutkan bahwa sekian belas orang dari oknum TNI pelaku penganiayaan tersebut, hari ini mendapatkan hukuman.
Baca juga: Motif Oknum TNI Aniaya Relawan Ganjar di Boyolali, Para Terduga Pelaku Diperiksa di Denpom Surakarta
"Menurut saya bagus ini menjadi pelajaran serius buat kami agar tidak semena-mena. Karena kalau ada yang keliru diproses saja. Kalau semena-mena ingat yang dihadapi itu rakyat, jangan bikin rakyat marah," tegasnya.
Sebelumnya, Kodam IV Diponegoro mengungkap awal mula anggota TNI yang menganiaya dua orang yang diduga relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Boyolali, Jawa Tengah pada Sabtu (30/12/2023).
Baca juga: Relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali Dikeroyok Diduga oleh Oknum TNI, Begini Tanggapan Sekjen PDIP
Kapendam IV Diponegoro Kolonel Inf Richard Harison mengatakan insiden yang terjadi di depan Markas Kompi B Yonif Raider 408/Sbh jalan Perintis Kemerdekaan Boyolali itu karena kesalahpahaman.
"Informasi sementara yang diterima, bahwa peristiwa tersebut terjadi secara spontanitas karena adanya kesalahpahaman antara kedua belah pihak," kata Richard saat dihubungi, Sabtu.
Awalnya, kata Richard, sejumlah anggota Kompi B tengah bermain bola voly sekira pukul 11.19 WIB mendengar adanya suara berisik yang berasal dari kendaraan sepeda motor.
"Tiba-tiba mendengar suara bising rombongan sepeda motor kenalpot brong yang oleh pengendaranya dimain-mainkan gasnya," ungkapnya.
Saat itu, sejumlah anggota keluar markas untuk mengecek. Setelahnya, terdapat lagi dua orang lainnya yang juga melakukan hal yang sama.
"Lalu dihentikan dan ditegur oleh anggota. Selanjutnya terjadi cek-cok mulut hingga berujung terjadinya tindak penganiayaan oleh oknum anggota," jelasnya.