Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Capres nomor urut 1 Anies Baswedan dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo kompak merambah media sosial dalam hal ini lewat platform siaran langsung Instagram dan TikTok untuk berbicara gagasan sekaligus menyapa pengikutnya di dunia maya.
Melihat hal ini, pengamat politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menilai kampanye di media sosial memang sebuah keniscayaan atau keharusan bagi kandidat di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital.
"Kampanye di media sosial menjadi sebuah keniscayaan, keharusan, sebuah kreativitas yang harus dibangun oleh para kandidat. Makanya ada yang menggunakan media sosial sebagai alat kampanye," kata Ujang dalam siaran langsung Kompas TV, Kamis (4/1/2023).
Menurutnya, pemanfaatan live streaming di media sosial menjadi ajang bagi para kandidat Pilpres 2024 untuk memberikan informasi visi misi, program, dan gagasan mereka kepada para pemilih muda yang mayoritas pengguna media sosial.
Penggunaan media sosial, lanjut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini, jadi cara pelengkap untuk disandingkan dengan aksi blusukan bertemu secara langsung dengan masyarakat.
Perihal efektivitas, penggunaan media sosial dipandang sedikit banyak bisa mempengaruhi para pemilih.
"Paling tidak kandidat capres-cawapres bisa memberikan informasi terkait visi misi program, platform dan gagasannya kepada pemilih - pemilih muda yang banyak menggunakan media sosial," katanya.
"Penggunaan teknologi bagaimanapun sebagai alat komunikasi antara kandidat dengan rakyatnya, selain dari blusukan," pungkas Ujang.