TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, mengecam aksi penganiayaan relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Boyolali, Jawa Tengah, oleh oknum TNI beberapa waktu lalu.
Diketahui, setidaknya ada tujuh relawan yang mengalami kekerasan, beberapa diantaranya mendapat perawatan di rumah sakit.
Menurut Megawati, aparat keamanan seharusnya bisa memahami perilaku masyarakat.
Ia menyayangkan sikap main hakim sendiri para oknum TNI itu ketika menghadapi perselisihan.
Hal itu diungkapkan Megawati saat menyinggung soal netralitas TNI-Polri.
"Ketika kasus Boyolali, saya sampai mikir, sebenarnya apa yang ada di dalam hati dan pikiran mereka (oknum TNI), kok rakyat dibegituin."
"Loh emang enggak tau sekarang anak muda suka seneng banget pake motor breng breng gitu, knalpotnya dicopot (diganti), ya namanya anak muda, mau kelihatan sok jagoan gitu lho," kata Megawati dalam acara HUT ke-51 PDIP Rabu (10/1/2024).
Presiden kelima RI itu mengaku prihatin pada keadaan relawan Ganjar yang menjadi korban pengeroyokan oknum TNI tersebut.
"Lah, kok enak men yo, sampai bonyok gitu saya lihat, yang dipukuli, lah kok mulut bisa sampe sini loh (gerakin tangan ke arah jidat), bengkak gitu," ujarnya.
Ia heran mengapa anggota TNI yang notabene adalah abdi negara, justru tega menganiaya rakyat.
Padahal, kata Megawati, orang tua para anggota TNI itu juga rakyat yang seharusnya diayomi dan dilindungi.
Baca juga: Hasil Investigasi Tim Hukum TPN: Korban Penganiayaan di Boyolali Tidak di Bawah Pengaruh Alkohol
"Saya sampai mikir gini, orang tuanya itu di mana sih? Apa bukan rakyat? Ya rakyat lah."
"Eling (ingat) loh, TNI sama Polri, mereka itu jadi itu (anggota) gratis loh, dibayar sama negara, negara itu dari mana bayarannya? Ya dari rakyat lah, yang ngumpulin, patuh bayar pajak."
"Saya bukan sentimen, ini supaya tahu, kalian itu abdi negara, negara, bukan perorangan, bukan begitu sadar, yang harus dilindungi ya rakyat lah," katanya.
Sebagaimana diketahui, sejumlah sukarelawan Ganjar-Mahfud diduga menjadi korban pengeroyokan oknum TNI pada Sabtu (30/12/2023) siang.
Akibat kejadian tersebut, korban mengalami luka dan ada yang dirawat di RSUD Pandan Arang Boyolali.
Sebelumnya, hanya dua relawan Ganjar-Mahfud yang dirawat inap di RSUD Pandan Arang Boyolali pasca insiden.
Yakni, Arif Diva Ramandani (20) dan Slamet Andono (26) mengalami luka-luka.
Namun, relawan yang dirawat kemudian bertambah.
Yakni, Yanuar, yang semula menjalani rawat jalan dilarikan lagi ke RSUD Pandan Arang Boyolali.
Pengeroyokan itu diketahui dipicu karena oknum anggota TNI saat itu merasa terganggu dengan suara knalpot brong milik para korban yang sedang melintas di depan markas.
Imbasnya,15 dari enam anggota Kompi B Yonif Raider 408/Suhbrastha Boyolali ditetapkan sebagai tersangka.
Para tersangka masing-masing berinisial Prada Y, Prada P, Prada A, Prada J, Prada F, dan Prada M.
Penetapan status tersangka tersebut didasarkan pada alat bukti yang diperoleh dan keterangan para terperiksa.
"Berdasarkan alat bukti yang diperoleh dan keterangan para terperiksa, saat ini penyidik Denpom IV/4 Surakarta telah mengerucutkan enam orang pelaku, masing-masing Prada Y, Prada P, Prada A, Prada J, Prada F, dan Prada M," kata Kapendam IV Diponegoro Kolonel Inf Richard Harrison, Selasa (2/1/2024).
Richard mengatakan, saat ini proses penyidikan kasus masih terus berjalan.
Di sisi lain, tim hukum TPN Ganjar-Mahfud juga telah mengajukan permohonan perlindungan ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk para korban.
Pengajuan tersebut guna meminta pendampingan untuk korban yang nantinya akan menjadi saksi dalam kasus tersebut.
(Tribunnews.com/Milani Resti/Muhammad Zulfikar)