Ia berpendapat selama ini PKS sering memunculkan narasi yang mengadu domba masyarakat.
Misalnya, cap pengkhianat yang ditujukan kepada Prabowo karena bergabung dengan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin pada 2019 lalu.
"Ketika pada 2019 Prabowo Subianto memutuskan rekonsiliasi dengan Jokowi, banyak cap sebagai pengkhianat kepada Prabowo Subianto."
"Umumnya datang dari basis pendukung PKS," papar Mahfuz Sidik.
Sindir Raihan Suara Gelora
Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera, lantas menanggapi penolakan Gelora jika PKS bergabung ke koalisi Prabowo juga dengan sebuah sindiran.
Mardani bersama sang istri yang juga kader PKS, Siti Oniah, menyinggung balik Partai Gelora.
"Oposisi apa koalisi?" kata Mardani seraya tertawa dalam video tersebut, seperti diterima, Senin (29/4/2024).
Siti lalu menjawab Mardani. Ia lalu menyindir perolehan suara Partai Gelora di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.
Di mana mereka hanya memperoleh 1.281.991 suara (0,84 persen) sehingga tak memperoleh kursi DPR RI.
Pasalnya, untuk bisa mendapatkan kursi DPR RI, sebuah partai minimal harus mendapatkan suara sebesar empat persen.
"Aduh, terima kasih ya, itu partai apa ya? Nggak lolos PT (parliamentary threshold) gitu loh, masyaallah tabarakallah. Nol koma sekian loh," ujar Siti.
Mardani kemudian menyampaikan pendapatnya dengan menyinggung nama Ketua Umum Partai Gelora.
"Proposalnya kita sama Mas Anis (Ketum Partai Gelora Anis Matta) beda, dan visinya beda," jelasnya.
Namun, Mardani mengatakan dirinya memiliki preferensi politik tetap di luar pemerintahan.