Di provinsi-provinsi besar, sambung Ganjar, biasanya banyak yang berminat mendaftar sebagai bakal calon, termasuk Jawa Tengah.
"Tentu pasti akan melalui proses, satu rekrutmen mereka mendaftar, nanti proses seleksi. Itu lah proses-proses pertimbangan yang akan diambil dan sekarang masih berjalan," ucapnya.
Menurutnya, peluang PDIP mengusung calon dari nonkader pada Pilkada Jakarta merupakan bentuk keterbukaan.
Ia menjelaskan, umumnya partai terlebih dahulu melihat potensi kader internal, apabila ada yang sesuai, maka akan diusung.
Namun, jika mengusung calon dari nonkader, maka akan ada kesepakatan.
"Kalau tidak kita pasti akan bersepakat, membuat kesepakatan seandainya kita mengusung calon dari luar apa kemudian kesepakatan yang bisa kita ambil, nilai-nilai demokrasi, secara ideologis lah. Bagaimana kita bersikap terhadap situasi yang sekarang makin tidak mudah," tuturnya.
Kesepakatan itu, jelas Ganjar, supaya politikus yang diusung dapat konsisten.
"Agar kemudian politisi yang kita dukung nanti bisa konsisten, bisa melihat sejarah di awal dan menyamakan presepsi serta sikap, agar ketika merespons situasi itu tidak ke kiri dan ke kanan, lurus," ucap Ganjar.
Mengenai sosok Anies apakah akan cocok dengan partai berlambang banteng moncong putih itu, Ganjar berpendapat hal tersebut harus didiskusikan lagi.
Jika tidak ada kecocokan di antara keduanya, maka tidak harus dipaksakan
"Itu yang mesti diobrolkan, dan mudah-mudahan ya bisa bernegosiasi. Tetapi seandainya tidak cocok, menurut saya tidak harus dipaksakan," ujarnya.
3. Jusuf Kalla
Di sisi lain, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK), mempersilakan Anies untuk kembali berkontestasi pada Pilkada Jakarta.
"Silakan saja," kata JK singkat, usai acara gala premier film Lafran di Bioskop Epicentrum, Setiabudi, Jakarta Selatan, Minggu (16/6/2024), dikutip dari Kompas.com.
Namun, JK tak menjawab saat ditanya perihal nama Anies yang diusulkan DPD PDIP Jakarta.