TRIBUNNEWS.COM - Sinyal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meninggalkan duet Anies Baswedan dan Sohibul Iman di Pilkada Jakarta 2024 menguat.
Indikasi ini terlihat setelah PKS menyatakan bakal lebih mendalami opsi kedua yakni berkomunikasi dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk Pilkada Jakarta.
Opsi itu jadi fokus PKS saat ini lantaran tenggat waktu pengusungan Anies Baswedan-Sohibul Iman berakhir pada 4 Agustus lalu.
PKS mengaku hingga saat ini tak ada satupun partai politik (parpol) yang memberikan dukungan secara resmi kepada pasangan Anies-Sohibul.
Padahal Anies juga sudah diberi mandat untuk menggenapi koalisi dan kursi agar bisa maju ke Pilkada Jakarta.
"Ketika tenggat waktu 4 Agustus itu sudah lewat, maka opsi kedua inilah yang akan kita kaji, kita bahas dan kita perdalam."
"Itulah kemudian pimpinan kami berkomunikasi dengan pimpinan parpol lain termasuk dengan Koalisi Indonesia Maju," kata Juru Bicara PKS, M Kholid, di DPP PKS, Jakarta Selatan, Sabtu (10/8/2023).
Kini Lebih Dalami Opsi Gabung KIM
Kholid mengatakan, PKS saat ini terus mendalami dan komunikasi dengan KIM, koalisi yang mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.
Meski demikian, menurut Kholid, PKS juga masih menjalin komunikasi dengan Anies.
Baca juga: PKS Dorong Kader Sendiri di Opsi Kedua Penjajakan, Bagaimana Nasib Anies Baswedan?
Namun dirinya enggan menegaskan bagaimana nasib Anies nantinya jika PKS akhirnya melanjutkan opsi kedua ini.
"Sampai detik ini kita juga masih membangun komunikasi dengan Mas Anies. Dan opsi kedua sudah berjalan saat ini."
"Kalau sebelumnya kerangka kerja kita tanggal 25 Juni hingga 4 Agustus itu opsi satu saja," jelasnya.
"Sekarang kita mendalami komunikasi di opsi yang kedua. Lebih mendalami opsi kedua ini dengan pimpinan KIM," tegasnya.
Namun, Kholid memastikan, prinsip PKS untuk mengusung kadernya sendiri di Pilkada Jakarta tetap akan dipegang meski nantinya bergabung dengan KIM.