Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PDIP memberikan respons soal dukungan 12 partai politik terhadap pasangan Ridwan Kamil-Suswono dalam Pilkada Jakarta 2024.
Koalisi gemuk yang dibangun untuk mendukung Ridwan Kamil-Suswono membuat PDIP tak berkutik dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta.
PDIP yang mengantongi 15 kursi di DPRD Jakarta tak bisa mengusung pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur dalam Pilkada Jakarta 2024.
Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengatakan manuver pihak yang membuat semua Parpol di luar PDIP berkumpul hanya mendukung Ridwan Kamil, dapat dilihat sebagai upaya terakhir untuk membuat PDIP tak bisa mengajukan calon lainnya di Jakarta.
Untuk diketahui, jumlah kursi PDIP di DPRD Jakarta tak memenuhi syarat mengusung calon sendiri.
Seandainya PDIP hendak mengusung Anies Baswedan atau Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, tentunya tak memenuhi syarat karena parpol lainnya sudah merapat mendukung Ridwan Kamil.
Baca juga: Momen Menarik di Deklarasi Ridwan Kamil-Suswono: Gibran Hadir, RK Beri Pantun untuk DKI
“Deklarasi itu kita bisa melihat bagaimana nantinya kalau itu terjadi maka PDIP secara otomatis tidak bisa mencalonkan,” kata Djarot kepada wartawan dalam konferensi pers, di Jakarta Pusat, Senin (19/8/2024).
Kini, menurut Djarot, pihaknya akan melihat kemungkinan pihak yang memborong kursi Parpol dimaksud, akan membawa Ridwan Kamil melawan kotak kosong.
Atau kemungkinan lain, Ridwan Kamil akan diarahkan melawan 'calon boneka' yang sudah disiapkan dari jalur independen.
“Ya, melawan kotak kosong. Mari kita lihat. Atau ini akan berusaha diloloskan calon independen sebagai calon boneka, ya, karena banyak sekali ya, ini masukan suara dari warga yang merasa atau membuktikan KTP-nya dibegal. KTP-nya dicatut,” kata Djarot.
Baca juga: 12 Partai Tandatangani Piagam Deklarasi, Ridwan Kamil-Suswono Resmi Diusung di Pilkada Jakarta 2024
Kalau mau dibuat demikian, menurut Djarot, PDIP akan melawan upaya membangun situasi Jakarta yang tidak sehat.
Jakarta kata Djarot adalah percontohan Indonesia.
Sehingga, jika di Jakarta saja bisa diatur sedemikian rupa, bukan tak mungkin se-Indonesia bisa diakal-akali demikian.