Selain itu, dia menyinggung Ridwan Kamil yang saat menjadi Gubernur Jawa Barat (Jabar) sempat berencana memindahkan pusat pemerintahan dari Gedung Sate ke Tegalluar. Namun, rencana itu tidak direalisasikan.
Pramono pun bertanya apakah rencana pemindahan Balai Kota merupakan imajinasi yang dihadirkan oleh pasangan nomor urut 1.
Ridwan Kamil kemudian mengawali jawabannya dengan ajakan untuk memperbaiki tata ruang Jakarta.
“Kalau Jakarta ingin mengurangi macet, selain perluasan transportasi publik, mari benerin tata ruangnya. Salah satunya adalah pusat kantor pemerintahan dikurangi dari pusat. Tentu ini harus didialogkan kepada stakeholder di Jakarta,” kata mantan Gubernur Jabar itu.
“Kenapa di Jakarta Utara? Aksesnya bagus. Ancol itu punya hak 200 hektare membangun. Tinggal kita bikin pusat bisnis baru dengan achor tenant-nya adalah akumulasi dari perkantoran-perkantoran pemerintahan Jakarta, dari BUMD-BUMD, sehingga lahan-lahan di kota bisa difungsikan untuk fungsi-fungsi kota global yang menjadi ciri pergaulan internasional kita,” ujarnya menjelaskan.
Dia mengatakan IKN adalah imajinasi, begitu juga wacana pemindahan balai kota.
“Realitanya kita diskusikan,” kata pria yang akrab disapa Kang Emil itu.
Kemudian, Pramono menanggapinya dengan kembali mempertanyakan apakah pemindahan Balai Kota itu masih diperlukan karena Jakarta sebentar lagi bukan ibu kota.
Baca juga: Dharma Pongrekun Sebut Pandemi Jadi Strategi Asing untuk Kuasai Kedaulatan Suatu Bangsa
“Dengan banyaknya gedung-gedung yang akan ditinggalkan di pusat pemerintahan di Jakarta Pusat, apakah itu masih diperlukan?” tanya Pramono.
Ridwan Kamil selanjutnya menanggapi dengan mengatakan bahwa beban pergerakan ke pusat terlalu besar.
“Ini solusi sangat teknokratis. Memang ada keputusan politis. Kalau politis, itulah kenapa saya bilang kita diskusikan dengan stakeholder-nya.”
"Tapi menurut teori planologi, itulah pengurangan beban. Akibatnya, yang bergerak urusan pemerintahan, acara-acara seminar, itu bisa berkurang. Maka, nanti daerah Sudirman-Thamrin, Monas, akan lebih leluasa, lebih luang, yang namanya traffic atau lalu lintasnya."
Dia mengatakan wargalah yang nanti diuntungkan.
“Siapa yang bikin betah? Nanti turis-turis merasa bukan ada lagi kemacetan di pusat kota. Itulah yang saya maksud bahwa imajinasi ini penting," kata Ridwan Kamil.
(Tribunnews/ Chrysnha, Febri)