Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilihan umum, seperti pemilihan kepala daerah baik pemilihan Gubernur maupun pemilihan Bupati itu menjadi ruang kontenstasi yang mencerahkan dalam bingkai demokrasi yang sehat.
Ketua Bidang Organisasi Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah, Wasiun mengatakan, pemilihan umum seperti pemilihan kepala daerah adalah sarana demokrasi yang baik untuk menguji gagasan, integritas dan kapasitas calon-calon pemimpin Jawa Tengah dalam 5 tahun kedepan.
"Sepintas di Jawa Tengah nuansa politik di akar rumput cukup kondusif. Masyarakat tidak terbelah seperti pemilihan presiden tahun 2014-2019 lalu. Kendati masih terjadi satu, dua kabar bohong atau hoax yang beredar di sosial media," kata Wasiun dalam diskusi yang digelar Angkatan Muda Muhammadiyah Kabupaten Magelang, Minggu (24/11/2024).
Diskusi ini menjadi forum pendidikan politik yang baik, khususnya bagi anak-anak muda di Magelang dan sekitarnya. Forum itu juga menghadirkan peneliti dari The Public Sphere Institute, sebuah lembaga penelitian dari Yogyakarta.
Dalam kesempatan yang sama, Retno Dwi Astuti dari Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kabupaten Magelang mengharapkan Gubernur di Jawa Tengah yang terpilih mendatang memiliki program yang menyasar kelompok muda, baik dalam bidang pendidikan maupun ekonomi kreatif.
"Sayangnya para calon Gubernur ini sebagian besar orang dewasa dan semoga mereka bisa memiliki semangat anak-anak muda yang lebih suka bicara masa depan, dibanding membicarakan masa lalu." Kata Retno penuh semangat.
Jr. Wahyu Hermawan, peneliti The Public Sphere Institute menyebutkan bahwa pemilih di Jawa Tengah itu didominasi oleh pemilih dari Generasi Z dan Y (millenial) yang mencapai 52,88 persen.
"Pemilih di Jawa Tengah itu didominasi anak muda, jumlah anak-anak generasi Z saja mencapai 20,83 persen. Jumlah ini sangat signifikan. Apabila Calon-calon Kepala Daerah baik calon Bupati/Walikota maupun Gubernur tidak bisa meyakinkan anak muda, bisa alami kekalahan," ujar Wahyu Hermawan, panelis diskusi.
Ia menyebutkan bahwa dalam riset pemilukada di Jawa Tengah yang telah dilakukan oleh The Public Sphere Institute pada akhir Oktober 2024 lalu mendapatkan data sejumlah anak-anak muda belum mengambil sikap atau pilihan dalam pemilhan Gubernur & Wakil Gubernur di Jawa Tengah.
"Dalam riset yang kami lakukan terhadap 1.600 responden pada akhir Oktober 2024 lalu, menggunakan metode multi stage random sampling, dengan margin of error kurang lebih 2,45 persen pada tingkat kepercayaan 95%, menyebutkan bahwa anak-anak muda masih dalam posisi wait and see, untuk melihat ide dan gagasan para calon Gubernur/Wakil Gubernur di Jawa Tengah," katanya.
Menurut Wahyu, salah satu data yang menarik adalah adanya split ticket yakni perbedaan pemilih antara kelompok keagamaan dan nasionalis di antara 2 kandidat.
”Namun, jika ditanya prosentase dari split ticket ini saya tidak bisa mengungkapkannya karena nanti dianggap sedang mengkampanyekan salah satu kandidat. Kami hanya bisa menyatakan bahwa kedua kandidat bersaing ketat. Masih ada sejumlah massa mengambang yang sebagian besar adalah anak-anak muda, dimana akan menjadi penentu siapa pemenangnya kelak." Jelas Wahyu.
Menanggapi pernyataan Jr. Wahyu Hernawan, Latif Al Ghozali dari Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Magelang memberikan pendapat bahwa hasil survey yang dilakukan pada awal oktober itu kemungkinan pada akhir November 2024 ini sudah berubah, mengingat debat para calon Gubernur dan Wakil Gubernur di Jawa Tengah telah selesai dilakukan.
"Saya tidak membantah hasil riset tersebut, tetapi saya kira sudah berubah karena kami para pemilih muda sebagian sudah menentukan siapa yang akan dipilih dalam pemilukada mendatang." Ujar Latif.
Baca juga: Hasil Survei Pilkada Jateng 2024 Versi SMRC, Indikator dan Populi Beda-beda, Persepi Diminta Tegas
Sementara dalam penutupnya, Wasiun menyatakan bahwa ia berharap pemilukada baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi minggu depan dapat terlaksana dengan damai tanpa ada insiden yang mencederai iklim demokrasi.