TRIBUNNEWS.COM, SLAWI - Puluhan bambu terjejer rapi di sudut rumah milik Karso (40) warga Desa Dukuhsalam RT 01/ RW 02, Kecamatan Slawi, Selasa (3/4/2018).
Bambu tersebut ada yang sudah dipecah dan dianyam, ada yang masih dipecah, dan masih utuh.
"Saya sudah menggeluti bisnis ini sejak 20 tahun yang lalu, turun-temurun dari orangtua," ujar Karso, pengrajin bambu anyam,kepada Tribunjateng.com, Selasa (3/4/2018).
Tidak nampak gurat-gurat lelah di wajah Karso saat ia menjelaskan mengenai bisnisnya usai menganyam beberapa bagian.
Anyaman bambu tersebut bukan hanya untuk membangun sebuah dinding, namun juga digunakan untuk hiasan.
Untuk anyaman dengam bahan bambu isi permeter Karso mematok harga Rp 60 ribu/ meter, untuk anyaman dengan variasi mambu isi dan kulit harganya yakni Rp 85 ribu/ meter.
"Suami saya lulusan STM jurusan mesin, karena ia termasuk satu di antara siswa yang berprestasi ia dipilih sekolahnya untuk bekerja di Jepang," jelas Laeli Tarwiyati (35), istri Karso (40), pengrajin bambu anyam.
Karso berniat menekuni bisnis keluarganya, karena orangtuanya telah tua. Sejak saat itu ia juga membuka lapangan pekerjaan, ia membutuhkan tukang untuk menganyam dan potong bambu dari Desanya sendiri.
"Lumayan jika pas ramai sebulan bisa 10 rumah yang pesan anyaman bambu, ada beberapa model," jelas Karso.
Anyaman bambu tersebut bisa digunakan untuk pyan ruma ataupun dinding.
Ada beberapa variasi seperti anyaman bambu yang diberi cat dan lainnya. "Tergantung ukuran pemesan kalau ukurannya kecil ya bisa jadi selama kurang lebih seminggu," ujar Karso.
Waktu finishing pemasangan Karso pun yang memasang sendiri. Dengan usahanya sekarang Karso bisa membangun rumah yang nyaman, mencukupi kebutuhan hidup, dan membeli kendaraan roda empat dua.
Jerih payahnya dari nol akhirnya membuahkan hasil meski harus menunggu dengan waktu yang cukup lama. (Bare Kingkin Kinamu)