Siapa sosok Daeng Lala? Ia lahir April 1984 di Kampung Lipu Morikana. Nama aslinya pendek, Lala saja.
Nama dengan huruf ‘sederhana’ ini memang tipikal nama warga kampung di gugus kepulauan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan.
Sematan Daeng di depan namanya, dipakai saat tinggal di Kota Makassar dari 2015 hingga 2018.
“Kata Daeng itu saya pakai karena itulah akun Facebook pertama saya buat di Makassar,” katanya.
Inisiatif nama depan itu, juga karena pertimbangan Daeng adalah nama sapaan untuk manusia pekerja dari wilayah timur Indonesia.
Ia adalah anak kedua dari empat saudara pasangan nelayan-Tukang kayu dan ibu rumah tangga.
Ayahnya Lahewu, pernah menjadi satpam di Depo Pertamina Terminal BBM Baubau, di Sulaa, Betuambari, sekitar 2,3 kilometer dari pusat Kota Baubau.
Ibunya Wahima, juga masih kerabat ayahnya di Lipu, ini sekitar 2,5 km sebelah utara di luar Benteng Keraton Buton.
Daeng besar bersama sekitar 1.000-an keluarga Kampung Lipu, sekitar 1,7 km dari Pantai Lekeba.
“Mata pencaharian warga di sini tidak tetap tapi punya kebun. Bisa tukang batu, tukang kayu, dan mencari ikan untuk dimakan dan dijual di pasar,” kata La Tuba (48), tetangga Daeng Lala, yang bekerja jadi satpam di sebuah rumah hiburan di sekitar Pantai Lakeba.
Wa Laihu (49 tahun), pemilik kedai kopi dan kue di dekat Pondok Pancing Daeng Lala, mengisahkan, sejak kecil Daeng Lala termasuk, anak patuh dan selalu membantu orangtuanya memancing di laut.
Daeng Lala adalah alumnus SDN 1 Katobengke dan SMPN 3 Kotabengke, Baubau.
Untung mengongkosi sekolah anak-anaknya, La Hewu juga bekerja sebagai satpam di Depo BBM Pertamina Baubau, sekira 1,7 km dari rumahnya.
Daeng Lala termasuk anak gigih yang ‘dipaksa’ untuk memperbaiki kualitas hidupnya.