TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG – Desfa Anjani, bocah Palembang yang gagal operasi usus buntu, akhirnya meninggal dunia di Rumah Sakit Dr Muhammad Hoesin, Palembang, Sumsel, Minggu (19/3/2023).
Desfa meninggal dunia setelah menjalani operasi pemotongan usus pada Senin (13/3/2023). Ia tak kunjung sadar sejak dibius jelang operasi sampai tutup usia sekira pukul 21.45 WIB.
Bocah malang tersebut telah dibawa ke rumah duka di Jalan Faqih Usman, Kelurahan 2 Ulu, Palembang.
Desfa dimakamkan Senin (20/3/2023) pukul 13.00 WIB di TPU Desa Talang Peramuan, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel.
Herman, ayah Desfa mengatakan penyebab meninggal putri bungsunya yaitu infeksi di usus menjalar ke organ hati sehingga pembuluh darahnya pecah.
"Penyebabnya kata dokter ada infeksi pada luka operasi sebelumnya di dekat perut, lalu infeksi itu menjalar ke organ hati. Makanya pembuluh darah sampai pecah keluar darah sampai kaki, " ujar Herman di rumah duka.
Herman menyebut jika sesaat sebelum meninggal, ia dan sang istri memanggil Desfa yang dalam kondisi lemah karena detak jantung yang tiba-tiba berhenti.
Baca juga: Derita Desfa Anjani Bocah Palembang, Operasi Usus Buntu Gagal, Kini Tambah Kurang Gizi
Baca juga: Herman Laporkan Dokter yang Operasi Usus Buntu Desfa ke Polisi
Baca juga: Desfa Anjani Bocah Palembang Sudah Dibesuk Wakil Wali Kota Palembang
Dokter yang berusaha mengembalikan detak jantung Desfa hendak mengambil tindakan membantu mengembalikan detak jantung Desfa dengan cara manual.
"Pertama berhasil, nah yang kedua detak jantung hilang lagi. Karena kondisi adek lemah dokter kembali melakukan hal yang sama untuk mengembalikan detak jantung. Pas alat bantu pernapasan dibuka tiba-tiba sudah tidak ada lagi, sudah gelep," katanya.
Ia mengaku tidak ada firasat sama sekali yang membuat keluarga merasa bahwa Desfa akan meninggal dunia.
Namun, anaknya sempat menyampaikan ingin mengajak kedua orangtuanya pergi jalan-jalan ketika benar-benar sembuh.
"Adek ngomong katanya kalau dia sembuh pengen jalan-jalan. Cuma itu saja, tidak ada firasat sama sekali tidak ada tanda-tanda apapun, " ujarnya.
Untuk proses hukum yang sudah dilaporkannya ke Polda Sumsel, ia berharap polisi segera memanggil terlapor dalam hal ini dokter yang menangani operasi Desfa di RSUD Bari, Palembang
Kisah menyedihkan Desfa dua pekan lalu diberitakan Tribun Sumsel Tribun Network. Saat masuk RSMH Palembang, kain kompres ditempelkan di dahinya.
Tubuh bocah kurus itu terkulai, matanya terpejam, selang terpasang di hidung dan tangan kanannya.
Mulutnya sedikit terbuka, seperti menahan sakit. Dialah Desfa Anjani, bocah Palembang berusia tujuh (7) tahun yang sakit parah.
Desfa diduga mengalami dampak kegagalan operasi usus buntu di sebuah rumah sakit di Palembang. Ia tiga kali dioperasi, dan justru keadaannya bertambah parah.
Dari perut bocah itu, keluar cairan kuning kehijauan. Dari rumah sakit pertama tempat dioperasi, ia kemudian dilarikan ke RS Hermina Jakabaring.
Tapi karena ketiadaan ahli gizi dan kekurangan alat perawatan memadai, Desfa dirujuk ke RSMH Palembang.
Desfa Anjani adalah putri ketiga pasangan Yani (38) dan Herman (44), warga Jalan Fakih Usman Lorong Sintren, Kelurahan 2 Ulu, Kecamatan SU I, Palembang.
Herman dan Yani, ayah dan ibu Desfa Anjani menunggui putrinya yang sedang dirawat. Kondisi Desfa Anjani belum diketahui setelah masuk ke ruang PICU RS Mohammad Hoesin, Palembang, Sumsel.
Jurnalis Tribun Sumsel Tribun Network menemui Yani dan Herman di rumah sakit tempat anak itu dirawat, Selasa (7/3/2023) dan Rabu (8/3/2023).
Yani menceritakan, anaknya awalnya didiagnosa sakit tifus dan dirawat di Rumah Sakit Bari. Kondisi Desfa membaik, kemudian sembuh dari sakitnya.
"Namun beberapa hari kemudian mengeluh sakit perut dan sering kembung," ujar Yani saat dijumpai.
Ketika Desfa dibawa kembali periksa ke rumah sakit, dan bagian perut Desfa diperiksa, anaknya dinyatakan mengidap usus buntu.
"Saat itu lalu dilakukan rontgen, dan dari hasil medis dinyatakan anak saya mengalami usus buntu. Dokter B yang menangani, mengatakan harus dilakukan tindakan," lanjut istri Herman ini.
Lalu, pada 6 Februari 2023 tindakan operasi usus buntu pada anaknya pun dilakukan di rumah sakit yang sama.
Sesudah operasi, Desfa masih dalam perawatan pascaoperasi di rumah sakit. Pada 10 Februari 2023 ia diperbolehkan pulang.
"Pulang pascaoperasi dikasih obat paracetamol dan antibiotik," kata Yeni ditanya apakah ada obat-obatan yang dikonsumsi Desfa sesudah keluar rumah sakit.
Namun, kondisi kesehatan Desfa Anjani turun dan semakin mengkhawatirkan. Dari luka jahitan operasi tersebut keluar cairan kental berwarna kuning kehijauan.
Ia lalu dibawa ke RS Hermina Jakabaring, sebelum kemudian dirujuk ke RSMH Palembang pada Selasa (7/3/2023).
Berat badan Desfa saat dibawa kembali ke rumah sakit drop dari 18 kilogram kini hanya 12 kilogram. Ia diperkirakan kekurangan banyak nutrisi.
"Fokus dokter sekarang mau perbaiki gizi anak saya karena kan posisi dia tubuhnya lemah dan kurang gizi karena tidak makan sejak masuk rumah sakit, hanya lewat infus," kata Herman, Rabu (8/3/2023).
Masuk ke RSMH Palemebang, Desfa langsung ditangani di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Menurut Herman, pemeriksaan menunjukkan ada infeksi di bekas jahitan operasi usus buntu.
"Iya infeksi, kata dokter ada bagian usus yang pecah," katanya. Herman belum tahu persis kondisi Desfa di PICCU karena keluarga tak diizinkan masuk.
Namun saat dalam perjalanan menuju RSMH, kata Herman, Desfa Anjani masih bisa diajak berkomunikasi.
"Kami belum ada yang boleh masuk, jadi tidak tahu kondisi Desfa bagaimana," kata Herman yang tetap menunggui putrinya di bagian luar rumah sakit.(Tribunnews.com/TribunSumsel.com/Rachmad Kurniawan/Fransiska Kristela)