TRIBUNNEWS.COM, BUKITTINGGI – Dua kuliner khas minuman paling diburu di Kota Bukitinggi semasa bulan Ramadan ini adalah ‘ubek tawa’ dan ‘kalilih santan Badorai’.
Ubek tawa ialah minuman segar dari perasan daun cincau yang sudah mengental dan dibubuhi jeruk nipis serta pemanis alami.
Di Bukittinggi biasa disebut ‘ubek tawa’ (obat pelepas dahaga), dan di daerah lain di Sumatera Barat kerap disebut ‘aia aka’ (air akar).
Sementara, kalikih santan atau pepaya santan ialah buah pepaya yang berkuah perasan santan. Kedua minuman segar itu sangat cocok menjadi sajian saat berbuka puasa.
Dalam pantauan jurnalis Tribun Padang Tribun Network, ubek tawa dan kalikih santan Badorai benar-benar jadi favorit warga Bukittinggi.
Pedagang ‘ubek tawa’ dan ‘kalikih santan Badorai’ di Kota Bukittinggi, Agus (43) mengatakan seiring berkembangnya usaha kuliner khas itu, ia meraih sejumlah penghargaan.
Ubek tawa dan kalikih santan Badorai racikannya dinobatkan sebagai minuman tradisional terpopuler kedua.
Penghargaan itu diraih pada ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) pada 2018 lalu.
Kala itu, ubek tawa dan kalikih santan Badorai hanya kalah dari Air Mata Pengantin khas Indragiri Hulu Provinsi Riau yang menjadi terpopuler pertama.
Penghargaan API tahun 2018 itu, ujar Agus diberikan langsung Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenparekraf RI.
Agus mengatakan, ia mulai berjualan minuman khas Sumbar itu sejak 2009.
Kala itu, ia masih berkeliling Kota Bukittinggi menjajakan ubek tawa dan kalikih santan. Ia kerap nongkrong di beberapa titik keramaian.
Lambat laun, ia kemudian beralih berjualan dengan gerobak. Ia mangkal di Belakang Balok, dengan juga menyediakan kursi untuk minum di tempat.
Agus lalu menjelaskan awal penamaan jualannya itu mengingat ia menyematkan nama daerah Badorai.