News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Bella dari Purwokerto Jungkir Balik Besarkan Gudeg Kering Pak Bima

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengusaha muda Purwokerto Bella Bisi Handayani menunjukkan kemasan produk Guedg Kering Pak Bima yang dikelolanya. Bella meneruskan bisnis ayahnya tanpa persiapan, dan setelah jungkir balik ia memetik kesuksesan.

TRIBUNNEWS.COM, PURWOKERTO – Tak siap menekuni bisnis kuliner, Bella Bisi Handayani (27) kini memetik sukses dari buah ketekunannya.

Pengusaha muda asal Kota Mendoan, Purwokerto, sukses meneruskan dan membesarkan bisnis gudeg yang dirintis sang ayah.

Usaha yang mengusung jenama "Gudeg Kering Pak Bima" itu kini mulai mengepakkan sayap lewat beberapa cabang di sekitar Purwokerto.

Bella tak menyangka harus mengambil alih usaha sang ayah, beberapa saat setelah lulus kuliah. Kondisi kesehatan sang ayah yang menurun menjadi alasan.

Tak mudah baginya mengelola bisnis yang masih awam baginya.

Bahkan, dia sempat buka tutup dan merasakan kebingungan menjalani bisnis bidang kuliner ini.

Namun, kini, berjalannya waktu dan pelajaran yang didapat, Bella mampu mengembangkan usaha tersebut.

Gudeg Kering Pak Bima (yang biasa disebut Gudeg Bima) menjadi salah satu makanan ikonik yang paling diburu wisatawan maupun warga lokal Banyumas.

"Perpindahan (kepemimpinan usaha dari ayah) ke saya, tanpa persiapan," akunya.

"Semua orang mengkhawatirkan keadaan bapak saya dan kelanjutan Gudeg Bima," kata Bella mengawali cerita perjalanan mengelola bisnis keluarga itu, Minggu (2/4/2023).

Bella mengatakan, Gudeg Kering Pak Bima dirintis sang ayah sejak 2018.

Namun, pada 2020, sang ayah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit.

Saat itu, sebenarnya, Bella tengah belajar berbinis.

Dia dipercaya mengelola kedai kopi milik paman.

"Awalnya, lulus kuliah, kerja di Coffee Shop punya om dan aku yang manage," kata Bella.  

"Tiba-tiba ada kondisi seperti ini," sambungnya.

Tahun 2020 akhir, dia mulai pegang kendali penuh atas Gudeg Bima.

Sebagai pemilik usaha, tentu saja, hal mendasar yang harus dikuasai adalah mengenali produk yang dijual.

Lantaran usaha yang dikelola adalah orisinil, Bella harus meracik bumbu dan memasak gudeg se-autentik mungkin.

Juga, harus seenak buatan sang ayah, yang tentu saja telah memiliki pasar tersendiri.

"Ayah sempat koma, selama dua hari," kenangnya.

Setelah sadar, ia ngobrol cuma berdua dengan ayah untuk tahu resepnya.

"Saya bilang 'Ya udah, Yah, tulis resepnya apa aja'," kata Bella mengulang ucapannya saat itu.

Namun, respon sang ayah justru bikin Bella bingung. Saat itu, ayahnya tidak mau menuliskan resep Gudeg Bima.

Alasannya, sang ayah berkeyakinan, Bella bisa membuat gudeg seenaknya buatannya.

"Ayah bilang 'Buat apa ditulis. Tidak pernah menakar juga bumbu-bumbunya'," imbuh dia.

Karena itu, saat Bella pulang ke rumah, dia belajar memasak gudeg. Tentu saja, dengan panduan sang ayah di rumah sakit lewat video call (VC).

"Aku pulang, terus video call sama ayah. Sama ayah dipandu," katanya.

"Sekali VC dan sampai sekarang, tidak pernah diajarin lagi," terang Bella.

Awal mengelola Gudeg Bima, Bella sempat ragu apakah bisa meneruskan bahkan mengelola sebaik sang ayah.

Dia juga sempat malu dan khawatir, orang akan mencibirnya karena lulusan sarjana berjualan gudeg.

Namun, semua itu ditepis dengan tekad, membesarkan Gudeg Bima hingga menguasai pasar gudeg di Banyumas. Bahkan, digemari di semua kalangan.

"Tidak mau Gudeg Bima seperti gudeg lain. Gudeg di Yogya terlalu manis, kalau kami, (Gudeg Bima punya cita rasa) gurih," jelasnya.

Untuk mewujudkannya, dia menerapkan strategi pemasaran lewat cara memanfaatkan media sosial.

Unggahan yang masif dan menarik, membuat Gudeg Bima mulai dikenal.

Bahkan, banyak food vlogger dan selebgram yang ikut menyebarkan kelezatan Gudeg Bima kepada para pengikut mereka, tanpa dibayar.

"Alhamdulillah, kenal semua selebgram di Purwokerto dan mau membantu aku," ujar Bella riang.

"Kami pasarkan lewat IG (Instagram), WA (Whatsapp), dan promosi dari mulut ke mulut," katanya.

Saat pandemi Covid-19 meningkat tahun lalu, pemesan Gudeg Bima justru meningkat.

Bella mengatakan, penggunaan bahan berkualitas dan rasa yang dipertahankan menjadi kunci.

Termasuk, penggunaan telur bebek dan ayam kampung sebagai ciri khas.

"Kalau telur, memang kami pakai telur bebek karena lebih enak," sebutnya.

“Kalau ayam kampung, lebih sedap dan lebih sehat," ucapnya.

Bella terjun langsung dalam meracik bahan dan masakan gudeg.

Dia memulai aktivitas pukul 02.00 WIB dini hari.

Dulu, ayahnya memulai berjualan gudeg dari nol, dari gerobak, hingga sekarang punya warung di Jalan Supriyadi, Purwokerto Timur.

"Sempat jualan mie ayam, siomay, di gudeg yang mungkin rezekinya di sini," katanya.

Ia mengatakan, penjualan rata-rata dalam sehari 300-500 porsi gudeg.

"Rekor, pernah 1.000 porsi. Sudah dua kali pesanan sebanyak itu," kata Bella bangga.

"Itu tidak tidur. Mulai memasak pukul 23.00 WIB malam, pukul 03.00 WIB sudah harus packing," ungkapnya.

Satu yang ia pelajari dari mengelola bisnis gudeg adalah menempatkan pelanggan bukan hanya sebagai pembeli.

Dia melayani pelanggan seperti keluarga, baik secara komunikasi maupun perlakuan.

Kini, Bella, punya mimpi besar atas usaha keluarga itu.

Dia ingin bisa membuka cabang lagi di luar Banyumas.

Soal itu, dia tengah mempersiapkan membuka cabang di Purbalingga.(Tribunnews.com/TribunBanyumas/Permata Putra Sejati)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ; 

Baca Selanjutnya: Dari gerobag hingga punya cabang usaha gudeng kering pak bimo kini jadi ikon kuliner purwokerto

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini