TRIBUNNEWS.COM, PASANG KAYU – Brigadir Kepala (Bripka) Gerson Tolan adalah bintara di Polsek Pasangkayu, Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat.
Sembari menjalankan tugas sebagai anggota Polri, ia tak berdiam diri saat melihat keterbatasan fasilitas pendidikan di Desa Pakava, Kabupaten Pasangkayu.
Gerson menginisiasi sekolah terbuka di desa terpencil itu. Sebagai Pak Bhabin atau Bhabinkamtibmas, Bripka Gerson percaya pendidikan akan membuka jendela dunia.
Desa Pakava terletak kurang lebih 18 kilometer dari ibu kota kabupaten. Warga di des aini umumnya jadi petani atau buruh perkebunan sawit.
Penghasilan rata-rata para pekerja di sini Rp 400 ribu per bulannya. Di Desa Pakava terdapat 10 dusun.
Namun, tiga dusun diantaranya tergolong wilayah terisolir, yakni Dusun Siwata, Waisuba, dan Watuike.
Lokasi dusun ini rata-rata berjarak 12 kilometer dari pusat desa di Bamba Apu.
Di Pasangkayu, pemuda asal Makale, Tana Toraja, ini mengemban tugas sebagai Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Polri.
Ia menceritakan, kondisi di wilayah kerjanya ini serba "minim".
"Listrik dan sinyal seluler tidak ada, fasilitas kesehatan dan pendidikan sangat minim, belum lagi akses jalan sangat parah," ungkap Gerson.
"Hanya mobil Hiline (Daihatsu), itu pun yang sudah dimodifikasi yang bisa lewat saat ini. Itu dipakai untuk muat buah kelapa sawit milik warga," ungkap Gerson.
Sebenarnya, di Dusun Watuike dan Dusun Siwata terdapat kelas jauh dari Sekolah Dasar (SD) Bala Keselamatan Bamba Apu, bagian dari Yayasan Bala Keselamatan Indonesia yang berpusat di Bandung.
Namun beberapa orang tua siswa menyayangkan Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah yang dirasa kurang maksimal. Sebab dalam satu bulan para siswa kadang hanya dua sampai tiga kali belajar.
Akibatnya, banyak anak-anak yang sudah bertahun-tahun sekolah tapi belum bisa membaca, tulis, dan berhitung (calistung).