Melihat kondisi tersebut di wilayah tugasnya, Bripka Gerson akhirnya berinisiatif mengalihkan sekolah tersebut menjadi sekolah swadaya (kelas belajar), bekerja sama dengan tokoh adat dan pemerintah setempat.
Jadi, selain bertugas melakukan pembinaan terkait Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas), ia juga ikut berperan menggerakkan pendidikan warga di wilayah binaannya.
"Untuk saat ini, kita fokus ke proses belajar mengajar saja dulu, untuk bangunan sekolah nanti bisa menyusul," katanya.
"Ini kita sudah mulai usahakan aktif kegiatan belajar mengajarnya sejak bulan puasa tahun lalu, terealisasi pada akhir Oktober 2022, banyak kendala pokoknya," ceritanya.
Untuk saat ini, PBM dilaksanakan di Bantaya (balai adat) di dusun Siwata dan sebagian dilaksanakan di rumah warga, khusus untuk anak-anak yang sudah ada dasar baca tulis hitung (calistung).
Sedangkan untuk tenaga pengajar sebanyak empat orang termasuk satu orang pelaksana kepala sekolah (sesuai petunjuk dari dinas pendidikan).
Rata-rata tenaga pendidiknya lulusan SMA atau yang mendapatkan ijazah SMA melalui paket C.
Adapun tenaga pengajarnya yaitu Sefrid Nokas sebagai pelaksana kepala sekolah. Sehari-harinya sebagai pendeta.
Sutriani Difa, ibu rumah tangga, Sandi (petani), dan Susi (ibu rumah tangga).
Bripka Gerson sesekali ikut mengajar di sekolah swadaya tersebut.
Kendala yang mendasar dirasakan adalah kurangnya dana untuk operasional sekolah.
Kapolres Pasangkayu, AKBP Didik Subiyakto, dan beberapa donator lainnya sempat memberikan donasi yang mana seharusnya donasi tersebut dialokasikan untuk pembangunan kelas belajar sebagai program utama.
Namun belum terlaksana sebagaimana mestinya, dikarenakan ada beberapa kendala.
"Sebenarnya, sekarang saya bingung mau bagaimana lagi, kelas belajar yang kita rintis ini kurang mendapatkan perhatian sedangkan sumber dana kami itu 100 persen dari donator," cerita Gerson.